Minggu, 17 November 2013

Pasar malam (Night Market)

JAKARTA, - Sering kita mendengarkan tentang pasar, pasar yaitu salah satu tempat penjual maupun pembeli bertranksaksi menjual brang dan jasa. Pasar dibuka pada pagi tetapi pasar inidi buka pada malam hari hari disebut pasar malam


Sabtu, 09 November 2013

Mengomentari tokoh politik



Ada Upaya Menabok Ahok Melalui FPI

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
                   Sering kali kita mengetahui Wakil Gubernur DkI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang biasanya mengomentari tenta kemacetan maupum banjiri di Jakarta tetapi hal ini beda dengan kita lihat Gubernur DKI Jakarta ini ingin adanya upaya ditabok oleh FTI.
                   Wakil Gubernur DKI Jakarta binggung dengan tindakan FTI karena sebelumnya menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus di bibarkan tetapi sekarang untuk bekerja sma

POKOK MASALAH

          Pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi agar setiap pemerintah daerah bekerja sama dengan semua organisasi kemasyarakatan (Ormas), tak terkecuali Front Pembela Islam (FPI) memunculkan tanda tanya.

Tak hanya Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengaku bingung dengan pernyataan Gamawan itu. Sejumlah pengamat politik, politikus dan juga ormas besar seperti Muhammadiyah pun mempertanyakan.

Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Ari Dwipayana, menilai sikap Gamawan terlalu berlebihan dan mengintervensi kepala daerah.

Ari mengatakan ada benang merah kalau Gamawan ingin merangkul ormas Islam yang radikal. Dia mencontohkan ketika Gamawan juga ikut berkomentar masalah Lurah Susan. Dan sekarang ini soal kerja sama kepala daerah dengan FPI.

TEORI PEMBAHASAN
          Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
          Seorang politikus (jamak: politisi) adalah seorang yang terlibat dalam politik, dan kadang juga termasuk para ahli politik. Politikus juga termasuk figur politik yang ikut serta dalam pemerintahan.
Dalam demokrasi Barat, istilah ini biasa terbatas kepada mereka yang menjabat atau sedang mencoba mendapatkannya daripada digunakan untuk merujuk kepada para ahli yang dipekerjakan oleh orang-orang yang tersebut di atas. Perbedaan seperti ini tidak begitu jelas jika kita berbicara tentang pemerintahan yang non-demokratis.
Dalam sebuah negara, para politikus membentuk bagian eksekutif dari sebuah pemerintah dan kantor sang pemimpin negara serta bagian legislatif, dan pemerintah di tingkat regional dan lokal. Badan-badan pemerintah lainnya seperti bagian yudikatif, penegakan hukum, dan militer umumnya tidak dianggap politisi meski mereka terlibat dalam tugas pemerintah.



KESIMPULAN
          Solusi
                   Solusi untuk masalah ini yaitu dengan adanya pertemuan atara kedua belah pihak untuk meluruskan agar tidak terjadinya kesalahpahaman anatara FTI denga Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Minggu, 03 November 2013

Penulisan Feature

Feature bertujuan untuk menghibur dan mendidik melalui explorasi elemen-elemen manusiawi (human interest).

Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa,  menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.

Sambil tetap mempertahankan elemen penulisan berita tradisional (5W + 1H) feature juga bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.

Contoh pentingnya feature:
Menjelang akhir bulan ke 3 penyerbuan tentara Sekutu ke Irak, pembaca/pemirsa media massa yang sudah tiap hari disajikan berita-berita perang itu mulai jenuh. lead-lead yang berisi jumlah korban atau kerusakan akibat perang, seolah makin tidak berarti. Menjadi hambar.... rating berita perang itu terus menurun. Nah, jika redaksi ingin menggugah lagi perhatian publik terhadap perang itu, dengan segala kekejaman dan kerusakan yang diakibatkannya, salah satu yang bisa digunakan adalah: Feature! Bisa tentang anak-anak yang terlunta-lunta di jalan-jalan kota yang diamuk perang, tentang duka seseorang yang harus mengubur sebagian besar `anggota keluarganya, dll.

Meski umumnya enak dibaca, dan karenanya menghibur, feature kadang sarat dengan kadar keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang mendalam.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan latar belakang peristiwa.


APAKAH FEATURE ITU?
Inilah batasan klasik mengenai feature: ''Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.'
'



                                                            
Kreatifitas

Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat -- karangan fiktif dan khayalan tidak boleh -- reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Informatif

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup.

Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.

Menghibur

Lebih dari 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa ''mengalahkan'' wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian -- setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ''cerita berwarna-warni'' untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.



A w e t

Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ''punah'', tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ''naskah berlebih'' – kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Subyektifitas

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'', sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak dibaca.

Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ''aku''.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ''Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.''

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting -- fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna.


MENCARI GAGASAN DAN JENIS-JENIS FEATURE

Ide feature itu bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis feature di bawah ini

1. Feature kepribadian (Profil) : Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

2. Feature sejarah : Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

3. Feature Petualangan : Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.

4. Feature Musiman : Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.

5. Feature Interpretatif :Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme.
Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

6. Feature Kiat (how-to-do-it feature) : Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.
Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

Note: Bercerita! Hidupkan imajinasi pembaca!

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta (Masih ingat? struktur piramida terbalik dengan penempatan hal terpenting di atas!), maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah cerita''. Memang itulah kunci perbedaan antara berita ''keras'' (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah.

Melukislah dengan kata-kata! Penulis feature melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. Konsep ''piramida terbalik'' sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.

Elemen Feature Terpenting: Deskripsi dan Narasi
(LUKISKAN, BUKAN KATAKAN!)
Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun kemudian mengingat deskripsi dalam tulisan itu?
Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat dan hidup?
Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan konsep "Show-Not-Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.

Perhatikan kalimat ini: "Nasib nenek itu sangat malang"
Kalimat "mengatakan/telling" di atas bisa diubah menjadi paragraf "melukiskan/showing" seperti paragraf di bawah ini:

Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, orang-orang papa yang tinggal di gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak sudah terbujur kaku di dalam."

Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah dikenang.

HINDARI KATA KETERANGAN/KATA SIFAT

Feature yang bagus memaparkan soal yang kongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah dengan menghindari kata-kata sifat seperti tinggi, kaya, cantik, dan kata tak tidak spesifik, cukup besar, lumayan heboh, keren abis.

''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga Prancis Voltaire.

Contoh:
1. Konser Peterpan itu heboh banget.
kata sifat "Heboh banget" akan lebih kongkret dan spesifik jika "dilukiskan" sebagai berikut:
Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200 sudah habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

2. Ahmad seorang petani miskin.
Deskripsikan pernyataan Ahmad yang miskin dengan: Ahmad tinggal bersama seorang istri dan anaknya di gubuk beratap
rumbia. Tiap hari mereka hanya bisa makan sekali, itupun nasi jagung tanpa lauk.

3. Mak Munah marah besar.
Tanpa perlu menyebut Mak Munah marah besar, tapi:
"Pemerintah zalim!" geram Mak Munah, istri seorang nelayan yang suaminya tak bisa ke laut karena kanaikan harga solar.





STRUKTUR PENULISAN FEATURE

Lead


Mari kita tinggalkan definisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.
Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.
Semua bagian dalam feature itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:


Lead Ringkasan:

Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang.

Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.

Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.


Lead Bercerita:

Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....

Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.

Lead Deskriptif:

Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.

Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....

Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.

Lead Kutipan:

Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise.

Misal:
"Saya lebih baik segera dihukum mati, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Amrozi Walau begitu, tim pembelanya tetap mengajukan grasi... dan seterusnya.

Terkait dengan perihal kutipan ini (dalam lead atau bukan lead) hati-hati dengan kutipan klise.
Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang agak unik.

Lead Pertanyaan:

Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru.

Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....

Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.

Lead Menuding:

Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.

Misal:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Apakah Saudara menyetop bus kota tidak pada tempat larangan menaikkan penumpang?  Dan, ketika tidak menemukan tong sampah apakah Saudara menyimpan atau mengantongi kulit kacang yang sudah siap Saudara buang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.

Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye disiplin nasional.

Lead Penggoda:

Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.

Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.

Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:

Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.

Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.




Lead Nyentrik:

Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.

Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.

Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....

Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.

Lead Gabungan:

Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi.

Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Hukum dan HAM sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki sisiran rambutnya. Ia berusaha tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Eh, sudah nonton film Sam Po Kong belum, nonton ya ...

Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.

Batang Tubuh


Setelah tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.

Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.

Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....

Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.

Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.

Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.

Ending

Jika batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup (dalam berita tidak ada penutup). Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.

Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.

Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature-nya adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.

Penutup Klimak:

Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.

Penutup tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.

Rabu, 02 Oktober 2013

Komunikasi Politik

Pengertian Komunikasi

Komunikasi Politik adalah setiap penyampaian pesan yang disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power di dalam masyarakat yang di dalamnya mengandung empat bentuk komunikasi, yaitu : (a) Elite Communication, (b) Hegemonic Communication, (c) Petitionary Communication, dan (d) Associational Communication. (INT’L ENCYL OF Communication, 1989)
Mueller (1973:73) mengetengahkan bahwa Komunikasi Politik didefinisikan sebagai hasil yang bersifat politik apabila menekankan pada hasil. Sedangkan definisi Komunikasi Politik jika menekankan pada fungsi komunikasi politik dalam sistem politik, adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan lingkungannya.
Almond dan Powell mendefinisikan Komunikasi Politik sebagai fungsi politik bersama-sama  fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekruitmen yang terdapat di dalam suatu sistem politik dan komunikasi politik merupakan prasyarat (prerequisite) bagi berfungsinya fungsi-fungsi politik yang lain.
Dr. Rusadi Kartaprawira, SH – Komunikasi politik dilihat dari kegunaannya yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik pemerintah.
Beberapa ilmuan melihat Komunikasi Politik sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan politik. Komunikasi Politik meletakkan basis untuk menganalisis permasalahan yang muncul dan berkembang dalam keseluruhan proses dan perubahan politik suatu bangsa.
Maswadi Rauf  melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 32 – 33).
Astrid S. Soesanto dalam buku Komunikasi Sosial di Indonesia mengangkat suatu formulasi pengertian komunikasi politik yang hampir diwarnai kajian ilmu hukum. Hal ini tampak dari kalimat yang diturunkan dalam formulasi pengertiannya. Menurut Astrid komunikasi politik adalah komunikasi diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik”.
Roelofs mengangkat buah pikirannya tentang komunikasi politik dalam kalimat sederhana yang menyatakan bahwa komunikasi politik adalah pembicaraan tentang politik atau kegiatan politik adalah berbicara.
Gabriel Almond (1960) menyatakan bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are performed by means of communication.”
Apa yang dikemukakan oleh para pakar tersebut di atas cukup untuk memberi pedoman dalam membentuk suatu pengertian tentang apa itu politik. Format pengertian itu semua muncul dalam visi (sisi pandang) beragam sesuai disiplin ilmu yang melatarbelakanginya.
Miriam Budiardjo - Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –”penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy.

Pola-pola Komunikasi Politik
1.     Pola komunikasi vertikal (top down, dari pemimpin kepada yang dipimpin)
2.     Pola komunikasi horizontal (antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok)
3.     Pola komunikasi formal (komunikasi melalui jalur-jalur organisasi formal)
4.     Pola komunikasi informal ( komunikasi melalui pertemuan atau tatap muka, tidak mengikuti prosedur atau jalur-jalur organisasi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola-pola komunikasi politik
1.     Faktor fisik (alam)
2.     Faktor teknologi
3.     Faktor ekonomis
4.     Faktor sosiokultural (pendidikan, budaya)
5.     Faktor politis

Saluran Komunikasi Politik
1.     Komunikasi Massa yaitu komunikasi ’satu-kepada-banyak’
Contoh : komunikasi melalui media massa.
1.     Komunikasi Tatap Muka yaitu dalam rapat umum, konferensi pers, dan Komunikasi Berperantara yaitu ada perantara antara komunikator dan khalayak, contoh TV.
2.     Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi ’satu-kepada-satu’ contohnya door to door visit, temui publik atau Komunikasi Berperantara yaitu pasang sambungan langsung ‘hotline’ buat publik.
3.     Komunikasi Organisasi yaitu gabungan komunikasi ’satu-kepada-satu’ dan ’satu-kepada-banyak’: Komunikasi Tatap Muka, contohnya diskusi tatap muka dengan bawahan/staf dan Komunikasi Berperantara contohnya pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, newsletter, lokakarya.

Komponen-komponen Sistem Komunikasi Politik
1.     Lembaga-lembaga politik dalam aspek-aspek komunikasinya
2.     Institusi-institusi media dalam aspek-aspek politiknya
3.     Orientasi khalayak terhadap komunikasi politik
4.     Aspek-aspek budaya politik yang relevan dengan komunikasi. (Gurevitch dan Blumler)
 Sumber (komunikator) dalam komunikasi politik
Individual
Kolektif
Pejabat (birokrat)
Pemerintah (birokrasi)
Politisi
Partai politik
Pemimpin opini
Organisasi kemasyarakatan
Jurnalis
Media massa
Aktivis
Kelompok penekan
Lobbyist
Kelompok elite
Pemimpin
Badan/perusahaan komunikasi (media massa)
Komunikator profesional

Komunikator Politik
1.     Politisi, komunikator profesional, atau aktivis merupakan komunikator kunci dalam komunikasi politik
2.     Para politisi mewakili aktor yang berusaha memajukan kelompoknya

Daftar Pustaka :

Brian McNair, An Introduction to Political Communication, Third Edition (New York: Routledge, 2003).
Dan Nimmo, Communication Yearbook 4 (New Jersey: ICA, 1980).
Dan Nimmo, Komunikasi Politik; Komunikator, Pesan dan Media (Bandung: Rosdakarya, 2005).
Lynda Lee Kaid, Handbook of Political Communication Research (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2004).

Richard M. Perloff, Political Communication; Politic, Press and Public in America (New Jersey: Lawrence Erlbaum, 1998).

Rabu, 25 September 2013

bahasa jurnalistik



A. Arti Bahasa Jurnalistik


Setiap hari kita membaca berita surat kabar, tabloid, dan majalah. Kita mengikuti siaran berita dari Radio. Setiap saat, kita menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu, disajikan dalam bahasa yang mudah kita pahami.
Dengan demikian, bahasa yang digunakan para artis kita dalam tayangan-tayangan acara sinetron atau kuis pada televisi, tidak termasuk ke dalam bahasa jurnalistik.
                        Berbeda dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois dan elitis, bahasa jurnalistik justru sangat demokratis dan populis. Disebut demokratis, karena dalam bahasa jurnalistik tidak dikenal istilah tingkat, pangkat, dan kasta. Sebagai contoh, kucing makan, saya makan, guru makan, dosen makan, gubernur makan, menteri makan, presiden makan, Semua diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggikan derajatnya. Disebut populis, karena bahasa jurnalistik menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si tokoh dan si awam, si pelajar dan si jelata, si pintar dan si bodoh, si terpelajar dan si kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semua lapisan masyarakat di kota dan di desa, di gunung dan di lembah, di darat dan di laut, tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang dianakemaskan atau dianaktirikan oleh bahasa jurnalistik.
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ berarti catatan atau laporan harian.Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jurnalistik  adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan berita untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
Onong Uchjana Effendy, menyatakan jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.
                        AS Haris Sumadiria, mendefinisikan jurnalistik itu sebagai sebuah kegiatan yang menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
            “Jadi, jurnalistik dapat dipahami sebagai proses kegiatan meliputi, menghimpun, mencari fakta, membuat dan menyebarluaskan peristiwa (news) dan pandangan (views) kepada khalayak melalui saluran media massa.”
                        Seorang jurnalis senior dari salah satu surat kabar tertua dan terkemuka di Indonesia menyebutkan, bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata popular yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimaat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
                        Seorang jurnalis harus terampil berbahasa, keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan ini sangat perlu dimiliki oleh seorang jurnalis, karena dengan keterampilan-keterampilan tersebut seorang jurnalis dapat mendapatkan sebuah berita yang akurat, terpercaya dan actual, sehingga berita tersebut mudah dipahami oleh masyarakat  luas. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan banyak berlatih.
                        Peran bahasa sangat strategis seperti ditegaskan oleh Benjamin L. Whorf, bahasa adalah pandu realitas social. Pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa; dan karena bahasa berbeda pandangan kita tentang dunia pun berbeda pula.
                        Ada beberapa defenisi bahasa jurnalistik menurut para ahlinya, yang saya kutip dari bukunya AS Haris Sumadiria, sebagai berikut:
a.       Dalam pemahaman wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar, menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat yang khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa baku, memperhatikan ejaan yang benar, dan menggunakan kosa kota yang sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat.
b.      Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya  Latihan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (KLW PWI) di Jawa Timur (1978), bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.
c.       Menurut  JS. Bdudu, bahasa jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.
“Dari beberapa pendapat di atas maka bahasa jurnalistik dapat didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya akan cepat ditangkap maknanya.” 

B.     FUNGSI BAHASA JURNALISTIK

Menurut pakar jurnalistik, fungsi bahasa jurnalistik itu memiliki empat  fungsi, yaitu:
1.      Sarana ekspresi diri
                                    Sarana ekspresi diri berfungsi untuk menyatakan segala sesuatu yang ada di  dalam dada kita secara terbuka terhadap orang lain.
2.      Sarana komunikasi
                        Sarana komunikasi berfungsi sebagai saluran untuk merumuskan maksud, menyatakan perasaan dan menciptakan kerja sama dengan sesama, bahasa jurnalistik mengatur aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan, menganalisis masa lalu untuk memperoleh hasil yang berguna di masa sekarang dan masa depan.
3.      Sarana integrasi dan adaptasi sosial
                        Sarana integrasi dan adaptasi sosial berfungsi sebagai pemersatu antar kelompok sosial, penunjang pembauran yang sempurna untuk setiap individu, bahasa jurnalistik membantu orang-orang menyesuaikan diri dalam masyarakat.
4.      Sarana kontrol sosial
                        Kontrol sosial adalah usaha untuk memengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk masyarakat.

C.    KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK

Bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri yang berbeda dari bahasa-bahasa yang lain, sebagai berikut:
1.      Sederhana
Sederhana Artinya selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen. Sehingga dengan kata atau kalimat tersebut mudah dipahami khalayak.
                          Contoh :
 Saya mengenakan alas kaki saat pergi ke kampus (TIDAK UMUM)
                         Saya mengenakan sepatu saat pergi ke kampus (UMUM)
                        Contoh 2 :
                        Saya menbeli balpoint ke warung (TIDAK UMUM)
                        Saya membeli pulpen ke warung (UMUM)
                        Orang-orang lebih menggunakan kata pulpen untuk digunakan, dari pada balpoint, begitu juga dengan alas kaki, yang mudah dipahami adalah kata sepatu, atau sandal.
2.      Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele dan tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.
Contoh :
Pedagang itu mengalami kerugian besar                           Pedagang itu rugi besar
Harga premium mengalami penurunan                             Harga premium turun
disingkat
disingkat

menjadi

Baju Ardi tidak bersih                                                                  Baju Ardi kotor   
Dewi memakai jilbab                                                                   Dewi Berjilbab  
  Ia mempunyai penilaian berbeda                                               Ia Mempunyai pendapat       

3.      Padat
             Mencari kata yang bisa memadat kalimat.
Menjadi
           Contoh :
Menjadi
Tidak untung rugi
Menjadi
 Petani sulit mendapatkan pupuk                                            Petani langka pupuk 
Menjadi
Yusril siap mencalonkan diri menjadi Presiden                      Yusril siap jadi presiden    
Presiden pergi ke London menggunakan pesawat terbang     Presiden terbang ke London.
4.      Lugas
         Artinya bahasa yang digunakan haruslah tegas, jelas alias to the point(langsung pada pokok pembahasan), tidak ada yang disembunyikan. Biasanya penggunaan bahasa yang tidak lugas terdapat pada lirik-lirik lagu.
            Contoh :
            Aku mencoba berpaling pada makhluk indah lainnya, namun aku tak bias
            5.      Jelas

                        Artinya mudah ditangkap maksudnya, tidak baur atau kabur
Harusnya
           Contoh :

             Seminar itu hasilnya dipublikasikan                   Hasil seminar itu dipublikasikan
Harusnya
 
Obat itu khasiatnya sangat bagus                                     Khasiat obat itu sangat bagus
6.      Jernih

                        Artinya tidak menyembunyikan makna lain
            Contoh :
           Karna tidak membayar SPP, Dhoni dikartu merah oleh pihak sekolah.  
Menjadi

                        Karna tidak membayar SPP, Dhoni “dikartu merah” oleh pihak sekolah.
Berbeda dengan makna kata kartu merah berikut ini :
C.Ronaldo mendapatkan kartu merah pada menit ke sembilan (kata kartu merah tersebut mutlak sebuah karti berwarna merah)
(karna kata kartu merah pada kalimat tersebut memiliki makna lain, maka kata kartu merah mesti memakai tanda petik.
7.       Menarik

Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca, memicu selera pembaca.
                        Contoh :
           Persib mengalahkan persija (bahasanya diganti agar lebih menarik. menjadi  Persib membantai persija
8.      Demokratis

                        Bisa juga disebut bahasa yang egaliter, yaitu memberlakukan semua orang sama
Tidak
            Contoh :
            Menurut Haris” …(√ )                         Menurut Pak Haris”….(X) (walaupun dalam lingkungan sehari-hari Pak haris adalah Bapak atau Dosen kita sekali pun.)
9.      Populis

Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan populis adalah elitis, yaitu bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami oleh segelintir kecil orang saja terutama karena berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
Biasanya bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang teknik ilmiah, atau kata-kata sandi yang digunakan hanya pada kalangan kelompok, lapisan atau bahkan geng tertentu.
                        Contoh :
                        koab komah kojal koal(geng pak Asep)
                        Hukuman yang diterimanya merupakan konsekuensi dari kesalahannya
                        Menurut hipotosa saya, pembangunan PLTSa tidak perlu dilakukan
             10.   Logis

Bahasa yang digunakan harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat
                        Contoh :
                        Jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang, namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor. (jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karna mana mungkin korban yang sudah tewas bisa melapor?.
11.  Gramatikal
Artinya kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku, yaitu bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan.
                        Contoh :
                        Ia bilang (non baku/TIDAK GRAMATIKAL)
                        Ia mengatakan (baku /GRAMATIKAL)
12.  Menghindari kata tutur
Kata tutur Yaitu kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau dipasar. Kata tutur hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata tutur: bilang, dibilangin, bikin, dikasih tahu, kayaknya, mangkanya, sopir, jontor, kelar, semangkin dan lain-lain.
                        Contoh :
                        Harga kopi tersebut Rp. 1500  (X)
                        Harga kopi itu seribu lima ratus rupiah (√ )

13.  Menghindari kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatife dan komunikatif, juga sangat membingungkan khalayak.

14.  Pilihan kata (diksi) yang tepat
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. Artinya  Setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
15.  Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. 
                        Contoh:
                         presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden.
            pencuri mengambil perhiasan dari dalam almari pakaian, bukan diambilnya perhiasan itu dari    dalam almari pakaian oleh pencuri.
16.  Menghindari kata atau istilah teknis
Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak memuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Kalaupun tidak bisa terhindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung.
Contoh:
Berbagai istilah teknis dalam dunia kedokteran, atau berbagai istilah teknis dalam dunia mikrobiologi, tidak akan dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan dimuat dalam berita, laporan, atau tulisan pers.
17.  Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi pers adalah edukasi, mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Karena bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.
Sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, sumpah serapah, hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama.
                 
D.    ETIKA BAHASA JURNALISTIK

1.      Definisi Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang berarti watak kesusilan atau adat kebiasaan.
Ada beberapa definisi etika menurut para ahli, yang saya kutip dari bukunya AS Haris Sumadiria, antara lain:
Menurut IR Poedjawijatna, Etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika adalah mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah laku manusia, etika hendak mencari tindakan manusia manakah yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fagothey, etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropolgi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politk dan hukum. Perbedaan terletak pada aspek keharusan. Etika adalah ilmu pengetahuan normatife yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar dari manusia, dan dapat dimengerti oleh akal nurani.     
Etika bahasa jurnalistik menjadi pedoman setiap jurnalis atau para pengelola media massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa media massa. Teori jurnalistik mengajarkan, bahasa media massa merupakan salah satu ragam bahasa yang khas karena senantiasa dipadukan dengan karakteristik suatu media berikut khalayaknya yang anonim dan sangat heterogen.

Pengertian Bahasa Indonesia EYD


Ejaan Yang Di Sempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Sejarah 

Pada 23 Mei1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Daftar Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri Saleh Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu "Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Revisi 1987

Wikisource|Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 1987 Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.

Revisi 2009

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
* 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
* 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
* 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
* 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
* 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
* 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
* awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Apakah bahasa jurnalistik merusak bahasa indonesia eyd ?

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Menurut saya tidak karena Bahasa Jurnalistik masih menggunakan kata tutr yang benar dan masih mengunakan kata ejaan yang di sempurnakan oleh bahasa indonesia, bahasa jurnalistik ini merupakan bahasa yang tidak bertele-tele karena untuk meanarik, jelas, maupun lugas