Jumat, 03 Oktober 2014

Pengertian Berita, Feature, Dan Laporan Mendalam



Tugas I

Pengertian Berita, Feature, dan Laporan Mendalam

A.   Pengertian Berita
Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian. Menurut Mickhel V. Charniey (Romli, 2009:5) mengemukakan bahwa “berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka”. Willard C. Bleyer ( Romli, 2009:35) berita adalah sesuatau yang terkini (baru) yang di pilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar sehingga menarik minat bagi pembaca.
Wiliam S maulsby ( Romli, 2009:35) berita adalah suatu penuturan secara benar an tidak memihak dari fakta yang punya arti penting arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut. Sedangkan Eric C Hepwood ( Romli, 2009:35) mengemukakan bahwa berita adalah laporan pertama dari kejadia penting dan dapat menarik perhatian umum.
Dari pengertian di atas, ada empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah peristiwa, sehingga layak menjadi sebuah berita.

B.   Unsur Berita

1. Unsur aktual

Mengandung unsur terkini, terbaru, terhangat, baru saja atau sedang  terjadi. Pengertian terbaru, bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu peristiwa lama, atau peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Unsur Faktual
Dalam unsur faktual, kejadian benar-benar merupakan suatu kenyataan, bukan suatu rekayasa, khayalan atau karangan. Fakta dalam sebuah berita muncul dan diperoleh dari sebuah kejadian nyata, pendapat ataupun pernyataan.
3. Unsur Penting
Ada dua hal dalam berita dinilai penting. Pertama tokoh yang terlibat dalam pemberitaan adalah tokoh penting atau memiliki kapasitas yang telah diakui oleh masyarakat.
Kedua, materi berita menyangkut kepentingan orang banyak dan mempengaruhi kondisi masyarakat.
4. Unsur Menarik
Menimbulkan rasa ingin tahu, dan ketertarikan dari masyarakat untuk menyimak isi berita tersebut. Peristiwa yang menarik dan diminati oleh masyarakat biasanya bersifat menghibur, aneh, memiliki unsur kedekatan, mengandung nilai kemanusiaan, mengandung unsur seks, kriminalitas dan konflik.
C.   Jenis Berita

Berikut adalah jenis berita, Sumadiria (2008 : 69-71) “ada tiga jenis berita dalam ativitas jurnalistik, yang terdiri atas berita elementary, berita intermediate dan berita advance.”

1)   Berita Elementary
a)    Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peritiwa.        Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita langsung yang hanya menyjikan apa yang terjadi dalam waktu singkat.
b)   Depth news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Dalam sebuah pidato pemilihan calon presiden, reporter akan memasukkan pidato itu sendiri dan dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh calon presiden tersebut beberapa waktu lalu.
c)    Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

2)   Berita Intermediate
a)    Interpretative report lebih dari sekedar  straight news dan Depth news. Berita Interpretative biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
b)   Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan
.
3)   Berita Advence
a)    Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
b)   Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis.
c)    Editorial writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.

D. Sifat Berita
1.      Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal yang terjadi sudah lama.
2.      Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan kejadian yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh.
3.      Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada kehidupan langsung, contoh: UU larangan merokok.
4.      Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar, contoh: penayangan film Fitna di situs YouTube
5.      Pertentangan/ konflik.
6.      Seks. Contohnya seperti perceraian, perselingkuhan, dan lain sebagainya
7.      Ketegangan. Contohnya seperti saat-saat pelantikan presiden.
8.      Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan.
9.      Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih, kecewa. Contohnya: pemberitaan tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
10.  Humor.

E.Teknik Atau Cara Membacakan berita
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca beruta adalah sebagai berukut

1.    Lafal
Lafal adalah suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa Indonesia meliputi Vokal, konsonan, diftone, gabungan konsonan.

2.    Tekanan/Nada
Tekanan atau nada adalah tinggi rendahnya pengucapan suatu kata. Dalam hal ini nada berfungsi untuk member tekanan khusus pada kata-kata tertentu

3.    Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat

4.    Jeda
Jeda adalah perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi ke dalam 3 jenis yaitu :
            Jeda panjang ( . ) titik
Jeda sedang ( , ) koma
Jeda pendek ( _ ) spasi

5.    Volume
Volume suara adalah takaran perlahan atau kerasnya suara yang dikeluarkan

6.    Tempo
Tempo adalah lambat atau cepatnya pembacaan sebuah berita. 

 

 F. Pentingnya 5 W + 1 H dan Piramida Terbalik

Menulis berita bukan sekedar mencurahkan isi hati. Sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan informatif. Tidak seperti menulis karangan yang mendayu-dayu. Kualitas berita tentu harus memenuhi kriteria umum penulisan, yaitu 5W+1H yang sudah menjadi ‘sego jangan’ (di luar kepala) buat seorang jurnalis. Selain syarat tersebut, sebenarya ada juga syarat yang juga wajib dimengerti oleh seorang jurnalis, yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini lebih sering dikenal dengan sebutan ‘Piramida Terbalik’. Kenapa disebut Piramida Terbalik, karena bentuknya memang mirip dengan piramida mesir namun posisinya terbalik. Mengapa kedua hal ini disebut sebagai dasar menulis bagi wartawan. Kedua teknik ini juga bisa, dan memang efektif, dipakai oleh penulis non-wartawan, termasuk bloger. 5W=1H adalah singkatan dari “what, who, when, where, why, how,” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah artikel biasa atau berita biasa. Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik: Inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai "lead" atau "teras berita"; biasanya satu hingga dua paragraf), data-data penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang wartawan. Kenapa harus menggunakan metode Piramida Terbalik, tentu maksudnya adalah agar pembacara dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya. Apalagi disaat seperti sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan, sebaiknya dalam menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi- informasi penting (inti) disajikan di awal paragraf, selanjutnya informasi pendukung mengikuti paragraf berikutnya. Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal. Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Sedangkan bagi media dengan penulisan Piramida Terbalik ini, akan menghemat space halaman.




Penulisan Feature

Feature bertujuan untuk menghibur dan mendidik melalui explorasi elemen-elemen manusiawi (human interest).
Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa,  menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Sambil tetap mempertahankan elemen penulisan berita tradisional (5W + 1H) feature juga bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Contoh pentingnya feature:
Menjelang akhir bulan ke 3 penyerbuan tentara Sekutu ke Irak, pembaca/pemirsa media massa yang sudah tiap hari disajikan berita-berita perang itu mulai jenuh. lead-lead yang berisi jumlah korban atau kerusakan akibat perang, seolah makin tidak berarti. Menjadi hambar.... rating berita perang itu terus menurun. Nah, jika redaksi ingin menggugah lagi perhatian publik terhadap perang itu, dengan segala kekejaman dan kerusakan yang diakibatkannya, salah satu yang bisa digunakan adalah: Feature! Bisa tentang anak-anak yang terlunta-lunta di jalan-jalan kota yang diamuk perang, tentang duka seseorang yang harus mengubur sebagian besar `anggota keluarganya, dll.
Meski umumnya enak dibaca, dan karenanya menghibur, feature kadang sarat dengan kadar keilmuan -- cuma pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan berita-berita yang dihasilkan dari pengumpulan bahan yang mendalam.
Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan latar belakang peristiwa.

APAKAH FEATURE ITU?
Inilah batasan klasik mengenai feature: ''Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”
                                                            
Kreatifitas

Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat -- karangan fiktif dan khayalan tidak boleh -- reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Informatif

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup.

Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.
Menghibur

Lebih dari 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa ''mengalahkan'' wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian -- setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ''cerita berwarna-warni'' untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

A w e t

Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ''punah'', tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ''naskah berlebih'' – kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.
Subyektifitas

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'', sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak dibaca.

Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ''aku''.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ''Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.''

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting -- fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna.


MENCARI GAGASAN DAN JENIS-JENIS FEATURE

Ide feature itu bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis feature di bawah ini

1. Feature kepribadian (Profil) : Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

2. Feature sejarah : Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

3. Feature Petualangan : Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.

4. Feature Musiman : Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.

5. Feature Interpretatif :Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme.
Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.

6. Feature Kiat (how-to-do-it feature) : Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.
Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.
Note: Bercerita! Hidupkan imajinasi pembaca!
Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta (Masih ingat? struktur piramida terbalik dengan penempatan hal terpenting di atas!), maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah cerita''. Memang itulah kunci perbedaan antara berita ''keras'' (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah.

Melukislah dengan kata-kata! Penulis feature melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. Konsep ''piramida terbalik'' sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.
Elemen Feature Terpenting: Deskripsi dan Narasi
(LUKISKAN, BUKAN KATAKAN!)
Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun kemudian mengingat deskripsi dalam tulisan itu?
Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.

Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat dan hidup?
Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan konsep "Show-Not-Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.

Perhatikan kalimat ini: "Nasib nenek itu sangat malang"
Kalimat "mengatakan/telling" di atas bisa diubah menjadi paragraf "melukiskan/showing" seperti paragraf di bawah ini:

Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, orang-orang papa yang tinggal di gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak sudah terbujur kaku di dalam."

Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah dikenang.

HINDARI KATA KETERANGAN/KATA SIFAT

Feature yang bagus memaparkan soal yang kongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah dengan menghindari kata-kata sifat seperti tinggi, kaya, cantik, dan kata tak tidak spesifik, cukup besar, lumayan heboh, keren abis.

''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga Prancis Voltaire.

Contoh:
1. Konser Peterpan itu heboh banget.
kata sifat "Heboh banget" akan lebih kongkret dan spesifik jika "dilukiskan" sebagai berikut:
Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200 sudah habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".

2. Ahmad seorang petani miskin.
Deskripsikan pernyataan Ahmad yang miskin dengan: Ahmad tinggal bersama seorang istri dan anaknya di gubuk beratap
rumbia. Tiap hari mereka hanya bisa makan sekali, itupun nasi jagung tanpa lauk.

3. Mak Munah marah besar.
Tanpa perlu menyebut Mak Munah marah besar, tapi:
"Pemerintah zalim!" geram Mak Munah, istri seorang nelayan yang suaminya tak bisa ke laut karena kanaikan harga solar.
STRUKTUR PENULISAN FEATURE

Lead
Mari kita tinggalkan definisi apa itu feature dan kita langsung ke teknik penulisannya. Ini yang lebih penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.
Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.
Semua bagian dalam feature itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:

Lead Ringkasan:
Lead ini hampir sama saja dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang.

Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.

Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.

Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....

Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.

Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang.

Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....

Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.

Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise.

Misal:
"Saya lebih baik segera dihukum mati, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Amrozi Walau begitu, tim pembelanya tetap mengajukan grasi... dan seterusnya.

Terkait dengan perihal kutipan ini (dalam lead atau bukan lead) hati-hati dengan kutipan klise.
Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang agak unik.

Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru.

Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....

Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.

Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata "Anda" atau "Saudara". Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.
Misal:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Apakah Saudara menyetop bus kota tidak pada tempat larangan menaikkan penumpang?  Dan, ketika tidak menemukan tong sampah apakah Saudara menyimpan atau mengantongi kulit kacang yang sudah siap Saudara buang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.

Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye disiplin nasional.

Lead Penggoda:
Lead ini hanya sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki.

Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.

Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:

Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.

Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.

Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.

Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.

Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....

Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.


Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi.

Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Hukum dan HAM sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki sisiran rambutnya. Ia berusaha tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Eh, sudah nonton film Sam Po Kong belum, nonton ya ...

Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.

Batang Tubuh
Setelah tahu bagaimana lead yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis batang tubuh. Yang pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.

Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.

Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....

Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.

Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.

Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.

Ending
Jika batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup (dalam berita tidak ada penutup). Untuk feature setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.

Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.

Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Tapi, ending feature-nya adalah: Esok harinya, bandit itu telah kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.

Penutup Klimak:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis ending yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.

Penutup tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan.

Laporan Mendalam

Berbicara tentang Peloparan Mendalam sangat erat sekali kaitannya dengan investigasi reporting artinya ketika kita membicarakan pelaporan mendalam kita harus berbicara juga mengenai investigasi reporting. Beberapa definisi yang saya kutip dari beberapa nara sumber tentang pelaporan mendalam (in depth reporting)
Depth Reporting
Depth reporting (pelaporan mendalam) adalah segala sesuatu yang membuat pembaca tahu mengenai seluruh aspek aspek yang terjadi pada subjek dari kepastian informasi yang diberikan.
Depth reporting menekankan sebuah kisah berita dengan ketelitian detail dan latar belakang. Pembaca tidak hanya diberitahu mengenai apa yang terjadi melainkan mengapa hal itu terjadi.  Kamath menekankan bahwa “depth reporting ialah mengabarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang terjadi”, Sedangkan tujuan depth reporting, menurut Ferguson dan Patten ialah “untuk mendapatkan kelengkapan pengisahan
Pada satu sisi, pekerjaan depth reporting merupakan kegiatan yang menyegarkan, melepas liputan peristiwa-peristiwa yang biasa dikerjakan. Wartawan akan merasa lebih bergairah oleh materi liputan dan merasa tertantang untuk menelusuri kisah-kisah besar. Namun pada sisi lain, tidak semua wartwan sanggup untuk terus-menerus berkonsentrasi dan berada di area liputan yang sama selama beberapa waktu.
Selain memiliki proses reportase yang alot, depth reporting juga memiliki teknik penulisan yang rumit. Keluasan data dan keterangan harus dipresentasikan kepada sebuah fokus utama. Reporter menjadi seorang pengontrol keseluruhan kisah, pengontrol tema dan detil. Pengisahan harus dapat memindahkan setiap bagian cerita secara logis dan koheren dari awal sampai akhir.
Diduga telah terjadi kejahatan diam-diam. Depth reporting bisa diartikan sebagai peliputan yang mendalam, namun bukan hendak mempresentasikan fakta-fakta didalam pendekatan pertamanya, melainkan hendak memasuki sebuah penyelidikan yang orisinal, logis, memasukkan bernbagai tekanan dan kepentingan, membuat pembaca paham bukan kepada siapa dan apa, namun bagaimana, dan yang terpenting lalu mengapa. Dari definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa depth reporting ialah mengabarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang terjadi dengan bentuk pelaporan yang mendetail. Namun, bukan berarti pula, bahwa pelaporan harus selalu menjadi panjang dengan sekian ribu kata ‘panjang’ tidak ada kaitannya dengan peloparan depth.
Depth reporting berupaya menyajikan informasi yang begitu mendetail. Maka itu, teknik penulisan feuature article menjasdi alatnya. Bahkan, investigative reporting juga menjadi perangkat laporan depth ketika mengejar informasi, sebagai objek liputan, yang oleh seseorang sengaja disembunyikan
Depth reporting juga merupakan pengembangan dari berita lama yang masih belum selesai dan merasa perlu untuk ditindak lanjuti / follow up untuk mendapat info baru dengan cara mewawancarai berbagai
Pihak yang terkait dengan berita lama tersebut.
Dalam peliputan depth sebelum turun kelapangan,seorang waratawan akan membutuhkan suatu perencanaan dan pengembangan tema, dalam dunia jurnalistik sering disebut dengan TOR (thema of reference) yang didalamnya ada tema dengan suatu uraian angle yang diambil dengan kalimat pendek dan jelas termasuk nara sumber di dalamnya.
Tujuan pelaporan depth, menurut Ferguson & Patten, ialah untuk mendapatkan kelengkapan pengisahan (complete stories) – pengisahan dengan subtansi”. Maka itulah depth reporting sering disebut sebagai peliputan investigative yang terjadi secara natural. Penyelidikan yang dilakukan bukan disengaja ditujukan untuk mengungkap, atau membongkar adanya kasus, skandal, atau kejahatan yang sengaja ditutup-tutupi. Akan tetapi, terjadi dengan sendirinya. Skandal yang terungkap seakan tanpa sengaja dari upaya untuk menemukan detil kelengkapan kejadian. Tidak ada tujuan dari awal dan juga tidak ada upaya membuat semacam hipotesis bahwa disana.
depth reporting merupakan suatu berita yang menginformasikan suatu informasi lebih dalam, selain itu depth reporting juga merupakan suatu laporan mendalam terhadap objek liputan, biasanya yang menyangkut kepentingan publik agar publik betul-betul memahami objek tersebut. Perlu kita ketahui bersama bahwa sifat depth reporting lebih pada penjelasan pada publik, dimana laporan mendalam ini digunakan untuk menulis atau mengangkat suatu peristiwa ( yang penting dan menarik ) secara lebih lengkap, mendalam. Serta mencari pemaparan jawaban HOW ( bagaimana) dan WHY ( mengapa ) secara lebih rinci dan banyak dimensi atas apa dan siapa.
Depth reporting biasanya sering digunakan oleh media cetak untuk mengimbangi kekurangan dari media elektronik seperti radio dan televisi yang cenderung cepat dalam penyajiannya
Seperti kasus skandal korupsi wisma atlet yang awalnya nazarudin sebagai tersangka, kemudian KPK dan lembaga yang lainnya melakukan investigasi reporting yang akhirnya terbongkar dengan hasil  Angelina sondakh selaku kader Partai Demokrat dan sebagai anggota DPR RI  ikut terlibat dalam kasus korupsi wisma atlet.
Berita yang telah sekilas dijelaskan diatas tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu berita depth reporting, hal ini dikarenakan berita tersebut menggambarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang terjadi, disini terdapat kelengkapan pengisahan serta terdapat kronologi peristiwa yang detail nyang memberikan gambaran secara jelas tentang berita tersebut kepada masyarakat.
Dari unsur yang telah dijelaskan dapat di paparkan lagi bahwa berita depth report memiliki suatu kelebihan diantaranya bahwa berita ini menelusuri suatu masalah lebih detail daripada berita-berita lainnya, pemberitaan depth reporting memiliki kelengkapan pengisahan, depth reporting disini mengangkat fakta-fakta bukan sebagai sesuatu yang segera tampak, melainkan hendak memberikan kontribusi pada pemahaman terhadap sebuah kisah, selain itu depth reporting ini melakukan pemberitahuan kepada pembaca inti kisah yang sesungguhnya secara mendalam (lengkap), seimbang dan terorganisir dengan latar belakang, yang tidak begitu saja meninggalkan pertanyaan yang diajukan oleh pembaca, didalam depth reporting ini hendak memasuki sebuah penyidikan tentang sesuatu yang sudah ada dengan orisinil, logis dan memasukkan berbagai kepentingan yang membuat pembaca paham bukan kepada siapa dan apa, melainkan kepada bagaimana dan yang terpenting ialah mengapa.
Perlu mengetahui lebih jauh lagi meskipun banyak sekali kelebihan yang muncul dari berita ini, akan tetapi depth reporting memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan yang ada di berita ini antara lain dapat disebutkan bahwa berita ini  beritanya bersambung, jadi berita tidak satu kali penerbitan berita selesai, jika pembaca ingin lebih tahu mengenai seluruh aspek yang terjadi pada subjek yang dibahas  maka pembaca dianjurkan untuk membaca kisah yang dibahas dari awal, serta mengikuti berita yang selanjutkan, karena berita depth reporting ini merupakan berita yang bersambung.
Banyak sekali kategori pemberitaan, antara lain seperti hard news , feature news, Sport New, Social News, Interpretatif , Science, Consumer, dan finansial. Yang dimaksud dengan hard news merupakan berita yang isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar atau pemirsa. Lalu feature news ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan), dimana peristiwanya bisa jadi tidak teramat penting harus diketahui masyarakat bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu, misalnya saja yang tergolong feature news tentang berita orang-orang kelas bawah yang bertahan disudut kota yang kumuh, adapula kategori Sport News yang mana beritanya merupakan berita olahraga, kemudian Social News yang menggambarkan kisah-kisah kehidupan sosial yang meliputi kehidupan masyarakat sehari-hari. Interpretatif disini merupakan berita yang memberikan kedalaman analisis dan melakukan survei terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan. Science yang merupakan suatu berita dimana wartawan berupaya untuk menjelaskan dalam bahasa berita mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Consumer berita yang memberikan bantuan kepada khalayak yang hendak membeli barang, fianancial news yang merupaka berita yang memfokuskan kepada bidang-bidang bisnis, komersial dan investasi.
Dari penjelasan beberapa kategori tersebut sangatlah jelas perbedaan antara berita yang dikategorikan sebagai berita depth reporting atau bukan sebagai berita depth reporting, berita dapat dikategorikan sebagai berita depth reporting jika berita tersebut menguak lebih dalam kepada sesuatu hal yang telah diketahui oleh pembaca atau masyarakat terlebih dahulu, dan wartawan bermaksud untuk menyajikan lebih detai bagaimana suatu kejadian tersebut terjadi secara detail dipaparkan, tetapi disini bukan bermaksud untuk menemukan suatu kasus yang baru, yang sama sekali belum diketahui oleh masyarakat, depth reporting sangatlah berbeda dengan investigative reporting.
Apabila menengok investigative reporting serta depth reporting ini memiliki perbedaan, misalnya saja perbedaan ini dapat dilihat dari wartawannya, wartawan investigasi bekerja dengan ketidak jelasan materi liputan, waktu peliputan membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan kesabaran dan ketekuanan, serta imajinasi pada tiap hari pencarian fakta, wartawan investigasi seperti mengalami penolakan, penghadang, dan kerap kecaman atau keadaan benar-benar berbahaya, waktu deadline bukanlah esok atau hari-hari kemudian, melainkan dapat berlangsung bulanan, sebagai sebuah pelaporan jurnalistik, investigasi memiliki unsur kemendalaman, berita yang ditulis wartawan investigasi disusun secara mendalam dan depth reporting menjadi salah satu cara atau alat bagaimana investigasi diliput dan ditulis. Salah satu hal yang membedakan antara depth reporting dan investigative reporting adalah ada atau tidak adanya hipotesis dalam penelusuran tersebut.
Berbeda sekali dengan depth reporting yang deadlinenya dapat berhari-hari serta tidak membutuhkan waktu lama dalam peliputannya, karena berita ini sudah memiliki pelaporan sederhana yang bagus dalam hal akurasi dan detil pengamatannya, selain itu depth reporting juga menjelaskan
Jurnalisme Investigasi
Definisi jurnalisme investigatif menurut Steve Weinberg adalah “Reportase melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap tidak tersingkap.”
Menurut Greence Roberts, reportase investigatif adalah reportase, terutama melalui hasil kerja dan inisiatif sendiri, yang artinya penting yang oleh beberapa pribadi atau organisasi ingin dirahasiakan.
Tiga unsur dasarnya adalah bahwa investigasi itu merupakan kerja wartawan, bukan laporan investigas yang dilakukan oleh orang lain, bahwa masalah yang diberitakan melibatkan sesuatu yang sangat penting bagi pembaca atau pemirsa dan bahwa pihak-pihak lain berusaha menutup-nutupi masalah ini dari publik.
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain. Mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena seorag pejabat atau seseorang lain meminta mereka meliput sesuatu.
Unsur lainnya yang membedakan wartawan investigatif adalah adanya kerahasiaan dalam berita yang akan diliput dan adanya pengelakan terhadap wartawan yang akan meliput. Menurut kebanyakan wartawan, jika pejabat yang berwenang tidak menyembunyikan informasi, maka berita yang diliput bukanlah berita hasil investigasi.
Menurut Roberts, jurnalisme investigatif bukanlah semata-mata untuk menjebak politisi dalam keadaan yang sangat memalukan atau memfokuskan perhatian pada kebiadaban akan tetapi menggali kebawah permukaan atau menyingkap penyimpangan yang ditutup-tutupi, sehingga kita dapat membantu para pembaca memahami apa yang sedang terjadi di dunia yang semakin kompleks.
Memilih Sasaran untuk Investigasi. Sebelum beroperasi, wartawan investigasi harus memilih dulu apa sasaran investigasinya. Beberapa sasaran selalu pantas diselidiki, termasuk korupsi di pemerintahan, kualitas pendidikan, dan lain-lain.
Memulai Investigasi. Investigasi dimulai dengan datangnya panggilan telepon dari seseorang yang memberikan petunjuk tentang adanya suatu kejanggalan di suatu instansi atau institusi atau di suatu tempat.
Narasumber yang Tidak Bersahabat. Reportase investigatif merupakan kerja jurnalistik yang paling berisko. Pihak-pihak yang menjadi sasaran investigasi seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji terhadap media dan wartawan media yang bersangkutan. Itulah sebabnya, wartawan yang melakukan kerja jurnalisme investigatif harus siap-siap menerima resiko. Inilah tantangan bagi para wartawan yang benar-benar ingin menegakkan integritas profesinya.
Membuat Hipotesis. Hipotesis merupakan teknik berfikir yang paling penting dalam melakukan investigasi. Fungsi hipotesis yang penting adalah membantu melihat makna dari suatu objek atau peristiwa. Misalnya, pikiran yang sudah siap dengan hipotesis-hipotesis tentang evolusi akan membuat pengamatan-pengamatan berarti yang lebih banyak tentang suatu ekskursi lapangan daripada pikiran yang tidak siap.
Hipotesis-hipotesis harus digunakan sebagai alat untuk menyingkap fakta-fakta baru dan bukan sebagai tujuan. Hipotesis dikemukakan disini karena dua faktor yaitu: Pertama, hipotesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari tahu apa yang terjadi. Kedua, sebuah reportase investigatif dimulai dan diakhiri dengan suatu anggapan.
Lima Elemen Investigasi, yaitu:

1.Mengungkap kejahatan terhadap kepentingan publik, atau tindakan yang merugikan orang lain.

2. Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis (ada kaitan atau benang merah).

3. Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan dengan gamblang.

4. Mendudukan altor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti yang kuat.

5. Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.
Tanpa kelima elemen tersebut, sebuah laporan panjang barangkali hanya bisa disebut sebagai laporan mendalam (in-depth reporting).
Regular News
Laporan yang menceritakan.
Menceritakan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana (5W+IH)
Sebagai informasi (data) bagi publik
In-depth
Laporan yang menjelaskan
Lebih menjelaskan bagaiamana dan mengapa (how and why)
Memberi pengetahua dan pemahaman
Investigative
Laporan yang menunjukkan
Lebih menunjukan apa dan siapa (what and who)
Membeberkan dan meluruskan persoalan dengan bergerak maju ke pertanyaan: bagaimana bisa, sampai sejauh apa, dan siapa saja.
Lima modal dasar dalam investigasi:
1. Kemauan, ketekunan, dan keberanian.
2. Jejaring yang luas.
3. Meningkatkan pengetahuan yang memadai.
4. Keterampilan menyusun dan mengemas laporan.
5. Dukungan institusi media.
Tanpa membeda-bedakan jenis medianya (cetak, radio, televisi), setelah menentukan topik dan menakar bobot isunya (assessment), maka garis besar perencanaan dalam sebuah proyek investigasi adalah sebagai berikut:
• Membentuk tim (multi-spesialisasi).
• Melakukan riset, observasi awal, atau survei.
• Menentukann angle (fokus) dan memutuskan hipotesis.
• Merancang strategi eksekusi (teknik. Logistik, dll)
• Menyiapkan skenario pasca-publikasi.
Tiga Elemen dalam Pelaksanaan atau Eksekusi Investigasi:
1. Tahap: mencari bukti dan mencari kesaksian.
2. Metode: menelusuri dokumen, menelusuri orang.
3. Teknik: undercover, observation, surveillance, embedded, atau immerse.
Lima Unsur dalam Strategi Investigasi:
1. Tahapan yang jelas.
2. Metode yang digunakan.
3. Teknik yang dipakai.
4. Pemilihan sumber daya manusia.
5. Logistic (keuangan, alat, dll).
Unsur-unsur awal yang mempengaruhi minat penonton televisi/pendengar radio:
1. Gambar atau suara yang menarik perhatian.
2. Relevansi berita dengan kehidupan mereka sehari-hari.
3. Pengantar cerita yang memikat.
4. Otoritas presenter atau announcer yang mengantarkan cerita.
Menyusun sebuah laporan investigasi adalah mengajak publik berjalan melalui rute yang sama dengan yang pernah kita lewati hingga kita memahami sebuah persoalan.