Tugas I
Pengertian Berita, Feature, dan Laporan
Mendalam
A. Pengertian
Berita
Berita adalah laporan tentang
suatu peristiwa atau kejadian. Menurut Mickhel V. Charniey (Romli, 2009:5)
mengemukakan bahwa “berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau
kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut
kepentingan mereka”. Willard C. Bleyer ( Romli, 2009:35) berita adalah sesuatau
yang terkini (baru) yang di pilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar
sehingga menarik minat bagi pembaca.
Wiliam S
maulsby ( Romli, 2009:35) berita adalah suatu penuturan secara benar an tidak
memihak dari fakta yang punya arti penting arti penting dan baru terjadi, yang
dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut. Sedangkan
Eric C Hepwood ( Romli, 2009:35) mengemukakan bahwa berita adalah laporan
pertama dari kejadia penting dan dapat menarik perhatian umum.
Dari
pengertian di atas, ada empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah peristiwa,
sehingga layak menjadi sebuah berita.
B.
Unsur Berita
1. Unsur aktual
Mengandung
unsur terkini, terbaru, terhangat, baru saja atau sedang terjadi.
Pengertian terbaru, bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu
peristiwa lama, atau peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Unsur
Faktual
Dalam unsur faktual, kejadian benar-benar
merupakan suatu kenyataan, bukan suatu rekayasa, khayalan atau karangan. Fakta
dalam sebuah berita muncul dan diperoleh dari sebuah kejadian nyata, pendapat
ataupun pernyataan.
3. Unsur
Penting
Ada dua hal dalam berita dinilai penting. Pertama
tokoh yang terlibat dalam pemberitaan adalah tokoh penting atau memiliki
kapasitas yang telah diakui oleh masyarakat.
Kedua, materi berita menyangkut kepentingan orang
banyak dan mempengaruhi kondisi masyarakat.
4. Unsur
Menarik
Menimbulkan rasa ingin tahu, dan ketertarikan
dari masyarakat untuk menyimak isi berita tersebut. Peristiwa yang menarik dan
diminati oleh masyarakat biasanya bersifat menghibur, aneh, memiliki unsur
kedekatan, mengandung nilai kemanusiaan, mengandung unsur seks, kriminalitas
dan konflik.
C. Jenis Berita
Berikut adalah jenis berita, Sumadiria (2008 : 69-71) “ada tiga jenis
berita dalam ativitas jurnalistik, yang terdiri atas berita elementary, berita intermediate dan berita advance.”
1) Berita Elementary
a) Straight news report adalah laporan langsung
mengenai suatu peritiwa. Misalnya,
sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita langsung yang hanya menyjikan
apa yang terjadi dalam waktu singkat.
b) Depth news report. Reporter (wartawan) menghimpun
informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut. Dalam sebuah pidato pemilihan calon
presiden, reporter akan memasukkan pidato itu sendiri dan dibandingkan dengan
pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh calon presiden tersebut
beberapa waktu lalu.
c) Comprehensive
news merupakan laporan
tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
2) Berita
Intermediate
a) Interpretative
report lebih dari sekedar straight news dan Depth news. Berita Interpretative
biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa
kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai
fakta yang terbukti bukan opini.
b) Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik
perhatian pembacanya. Penulis feature
menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan
dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan
.
3) Berita Advence
a) Depth
reporting adalah pelaporan
jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu
peristiwa fenomenal atau aktual.
b) Investigative
reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan
interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan
kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif, para wartawan
melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan.
Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis.
c) Editorial
writing adalah penyajian fakta
dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat
umum.
D. Sifat Berita
1.
Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai
berita dibandingkan hal-hal yang terjadi sudah lama.
2.
Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan
kejadian yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat
yang lebih jauh.
3.
Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting,
karena berpengaruh pada kehidupan langsung, contoh: UU larangan merokok.
4.
Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak
yang besar, contoh: penayangan film Fitna di situs YouTube
5.
Pertentangan/ konflik.
6.
Seks. Contohnya seperti perceraian, perselingkuhan, dan
lain sebagainya
7.
Ketegangan. Contohnya seperti saat-saat pelantikan
presiden.
8.
Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan.
9.
Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan
membuat marah, sedih, kecewa. Contohnya: pemberitaan tentang bayi baru lahir
yang ditemukan di tempat sampah.
10. Humor.
E.Teknik Atau Cara
Membacakan berita
Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam membaca beruta adalah sebagai berukut
1.
Lafal
Lafal adalah
suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam mengucapkan bunyi bahasa.
Bunyi bahasa Indonesia meliputi Vokal, konsonan, diftone, gabungan konsonan.
2.
Tekanan/Nada
Tekanan atau
nada adalah tinggi rendahnya pengucapan suatu kata. Dalam hal ini nada
berfungsi untuk member tekanan khusus pada kata-kata tertentu
3.
Intonasi
Intonasi
adalah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna
kalimat
4.
Jeda
Jeda adalah
perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi ke dalam 3 jenis yaitu :
Jeda
panjang ( . ) titik
Jeda sedang (
, ) koma
Jeda pendek (
_ ) spasi
5.
Volume
Volume suara
adalah takaran perlahan atau kerasnya suara yang dikeluarkan
6.
Tempo
Tempo adalah
lambat atau cepatnya pembacaan sebuah berita.
F. Pentingnya 5 W + 1 H dan Piramida Terbalik
Menulis berita bukan sekedar mencurahkan isi
hati. Sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan
informatif. Tidak seperti menulis karangan yang mendayu-dayu. Kualitas berita
tentu harus memenuhi kriteria umum penulisan, yaitu 5W+1H yang sudah menjadi
‘sego jangan’ (di luar kepala) buat seorang jurnalis. Selain syarat tersebut,
sebenarya ada juga syarat yang juga wajib dimengerti oleh seorang jurnalis,
yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini lebih sering
dikenal dengan sebutan ‘Piramida Terbalik’. Kenapa disebut Piramida Terbalik,
karena bentuknya memang mirip dengan piramida mesir namun posisinya terbalik. Mengapa
kedua hal ini disebut sebagai dasar menulis bagi wartawan. Kedua teknik ini
juga bisa, dan memang efektif, dipakai oleh penulis non-wartawan, termasuk
bloger. 5W=1H adalah singkatan dari “what, who, when, where, why, how,” yang
dalam bahasa Indonesia menjadi “apa, siapa, kapan, di mana, mengapa,
bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah artikel biasa
atau berita biasa. Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik: Inti
informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai "lead" atau
"teras berita"; biasanya satu hingga dua paragraf), data-data penting
menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri
dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut
sebagai piramida terbalik. Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan
atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang wartawan.
Kenapa harus menggunakan metode Piramida Terbalik, tentu maksudnya adalah agar
pembacara dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya.
Apalagi disaat seperti sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan,
sebaiknya dalam menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi-
informasi penting (inti) disajikan di awal paragraf, selanjutnya informasi
pendukung mengikuti paragraf berikutnya. Bagi pembaca sebuah artikel, piramida
terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok
langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal. Bagi wartawan maupun redaktur,
akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena mereka lebih fokus
pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan
sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus
paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Sedangkan bagi
media dengan penulisan Piramida Terbalik ini, akan menghemat space halaman.
Penulisan Feature
Feature bertujuan untuk menghibur dan mendidik
melalui explorasi elemen-elemen manusiawi (human interest).
Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Sambil tetap mempertahankan elemen penulisan berita
tradisional (5W + 1H) feature juga bisa berfungsi sebagai penjelasan atau
tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang
suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidang kan informasi
dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai
berita.
Contoh pentingnya feature:
Menjelang akhir bulan ke 3 penyerbuan tentara Sekutu ke
Irak, pembaca/pemirsa media massa yang sudah tiap hari disajikan berita-berita
perang itu mulai jenuh. lead-lead yang berisi jumlah korban atau kerusakan
akibat perang, seolah makin tidak berarti. Menjadi hambar.... rating berita
perang itu terus menurun. Nah, jika redaksi ingin menggugah lagi perhatian
publik terhadap perang itu, dengan segala kekejaman dan kerusakan yang
diakibatkannya, salah satu yang bisa digunakan adalah: Feature! Bisa tentang
anak-anak yang terlunta-lunta di jalan-jalan kota yang diamuk perang, tentang
duka seseorang yang harus mengubur sebagian besar `anggota keluarganya, dll.
Meski umumnya enak dibaca, dan
karenanya menghibur, feature kadang sarat dengan kadar keilmuan -- cuma
pengolahannya secara populer. Juga dipakai untuk penulisan berita-berita yang
dihasilkan dari pengumpulan bahan yang mendalam.
Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan latar belakang peristiwa.
Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di televisi. Spot news juga cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan latar belakang peristiwa.
APAKAH FEATURE ITU?
Inilah batasan klasik mengenai feature: ''Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”
Inilah batasan klasik mengenai feature: ''Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”
Kreatifitas
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat -- karangan fiktif dan khayalan tidak boleh -- reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter ''menciptakan'' sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat -- karangan fiktif dan khayalan tidak boleh -- reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.
Informatif
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup.
Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup.
Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.
Menghibur
Lebih dari 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa ''mengalahkan'' wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian -- setelah koran diantar.
Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.
Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.
Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.
Seorang reporter bisa menulis ''cerita berwarna-warni'' untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.
Lebih dari 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi suratkabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa ''mengalahkan'' wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian -- setelah koran diantar.
Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.
Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.
Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.
Seorang reporter bisa menulis ''cerita berwarna-warni'' untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.
A
w e t
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ''punah'', tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ''naskah berlebih'' – kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.
Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.
Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ''punah'', tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ''naskah berlebih'' – kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.
Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.
Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.
Subyektifitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'', sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak dibaca.
Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ''aku''.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ''Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.''
Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting -- fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna.
MENCARI GAGASAN DAN JENIS-JENIS FEATURE
Ide feature itu bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis feature di bawah ini
1. Feature kepribadian (Profil) : Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.
2. Feature sejarah : Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
3. Feature Petualangan : Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.
4. Feature Musiman : Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.
5. Feature Interpretatif :Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme.
Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.
6. Feature Kiat (how-to-do-it feature) : Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.
Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.
Beberapa feature ditulis dalam bentuk ''aku'', sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya bisa enak dibaca.
Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ''aku''.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ''Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.''
Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting -- fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna.
MENCARI GAGASAN DAN JENIS-JENIS FEATURE
Ide feature itu bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita-berita aktual, bisa mendompleng hari-hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan. Yang penting ada newspeg (cantelan berita), karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis feature di bawah ini
1. Feature kepribadian (Profil) : Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter
manusia itu.
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot
tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.
2. Feature sejarah : Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, Koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
3. Feature Petualangan : Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan -- mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi -- momen yang paling menarik dan paling dramatis.
4. Feature Musiman : Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.
5. Feature Interpretatif :Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme.
Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan. Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal perampok bank, termasuk peluang perampok bisa ditangkap dan dihukum.
6. Feature Kiat (how-to-do-it feature) : Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.
Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca -- memberikan opini mereka sendiri -- bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.
Note:
Bercerita! Hidupkan imajinasi pembaca!
Jika
dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta (Masih
ingat? struktur piramida terbalik dengan penempatan hal terpenting di atas!),
maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ''mengisahkan sebuah
cerita''. Memang itulah kunci perbedaan antara berita ''keras'' (spot news) dan
feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah.
Melukislah dengan kata-kata! Penulis feature melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.
Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. Konsep ''piramida terbalik'' sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.
Melukislah dengan kata-kata! Penulis feature melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.
Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. Konsep ''piramida terbalik'' sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.
Elemen Feature
Terpenting: Deskripsi dan Narasi
(LUKISKAN,
BUKAN KATAKAN!)
Pernahkah Anda membaca sebuah tulisan dan sampai bertahun
kemudian mengingat deskripsi dalam tulisan itu?
Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.
Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat dan hidup?
Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan konsep "Show-Not-Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.
Perhatikan kalimat ini: "Nasib nenek itu sangat malang"
Kalimat "mengatakan/telling" di atas bisa diubah menjadi paragraf "melukiskan/showing" seperti paragraf di bawah ini:
Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, orang-orang papa yang tinggal di gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak sudah terbujur kaku di dalam."
Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah dikenang.
HINDARI KATA KETERANGAN/KATA SIFAT
Kita umumnya terkesan pada sebuah tulisan yang mampu melukis secara kuat gambaran di dalam otak kita. Deskripsi yang kuat adalah alat yang digdaya bagi para penulis, apapun yang kita tulis: esai, artikel, feature, berita, cerpen, novel atau puisi.
Bagaimana cara belajar membuat deskripsi yang kuat dan hidup?
Cara terbaik untuk melakukannya adalah menerapkan konsep "Show-Not-Tell" atau "Lukiskan, bukan Katakan". Ubahlah pernyataan yang kering dan kabur menjadi paragraf berisi ilustrasi memukau.
Perhatikan kalimat ini: "Nasib nenek itu sangat malang"
Kalimat "mengatakan/telling" di atas bisa diubah menjadi paragraf "melukiskan/showing" seperti paragraf di bawah ini:
Umurnya 60 tahun. Dia hidup sebatang kara. Para tetangganya, orang-orang papa yang tinggal di gubuk kardus perkampungan liar-kumuh Kota Bandung, mengenalnya dengan nama sederhana: "Emak". Tidak ada yang tahu nama aslinya. Awal pekan ini, Emak ditemukan meninggal, tiga hari setelah para tetangganya melihatnya hidup terakhir kali. "Sejak Jumat pekan lalu, Emak tidak pernah kelihatan," kata seorang tetangganya. "Saat gubuknya dilongok, Emak sudah terbujur kaku di dalam."
Jika kita menggunakan konsep "Show Not Tell", paragraf-paragraf akan terbentuk secara alami, kuat, hidup dan mudah dikenang.
HINDARI KATA KETERANGAN/KATA SIFAT
Feature yang bagus memaparkan soal yang kongkret dan spesifik. Salah satu caranya adalah dengan menghindari kata-kata sifat seperti tinggi, kaya, cantik, dan kata tak tidak spesifik, cukup besar, lumayan heboh, keren abis.
''Kata sifat adalah musuh bebuyutan kata benda,'' kata pujangga Prancis Voltaire.
Contoh:
1. Konser Peterpan itu heboh banget.
kata sifat "Heboh banget" akan lebih kongkret dan spesifik jika "dilukiskan" sebagai berikut:
Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh 50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200 sudah habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan. Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".
2. Ahmad seorang petani miskin.
Deskripsikan pernyataan Ahmad yang miskin dengan: Ahmad tinggal bersama seorang istri dan anaknya di gubuk beratap
rumbia. Tiap hari mereka hanya bisa makan sekali, itupun nasi jagung tanpa lauk.
3. Mak Munah marah besar.
Tanpa perlu menyebut Mak Munah marah besar, tapi:
"Pemerintah zalim!" geram Mak Munah, istri seorang nelayan yang suaminya tak bisa ke laut karena kanaikan harga solar.
STRUKTUR PENULISAN FEATURE
Lead
Lead
Mari kita tinggalkan definisi
apa itu feature dan kita langsung ke teknik penulisannya. Ini yang lebih
penting. Kita tahu bahwa berita umumnya ditulis dengan teknik piramida terbalik
dan harus memenuhi unsur 5 W + 1 H (what, who, why, when, where: apa, siapa,
mengapa, kapan, di mana, bagaimana).
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.
Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.
Semua bagian dalam feature itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:
Untuk penerbitan berupa koran, susunan piramida terbalik ini penting karena jika terjadi pemotongan karena tak ada tempat, pemotongan langsung dilakukan dari bagian belakang. Ini berarti lead berita itu pastilah yang terpenting dari isi berita itu sendiri. Ini harus memikat, tanpa itu berita tak menarik perhatian. Feature hampir sama dalam masalah lead, artinya harus memikat.
Tetapi feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama pentingnya dengan lead. Mungkin di sana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran dan sebagainya. Karena itu kalau memotong tulisan feature, tak bisa main gampang mengambil paling akhir.
Semua bagian dalam feature itu penting. Namun yang terpenting memang lead, karena di sanalah pembuka jalan. Gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa tidak meneruskan membaca. Gagal berarti kehilangan daya pikat. Di sini penulis feature harus pandai betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu.Tak ada teori yang baku bagaimana menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead saya sebutkan di sini:
Lead Ringkasan:
Lead ini hampir sama saja
dengan berita biasa, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis feature
menulis lead gaya ini karena gampang.
Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.
Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.
Misal:
Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu.
Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah tukang parkir bernama Pak Saleh yang cacat. Yang berminat bisa meneruskan membaca, yang tak berminat -- apalagi sebelumnya tak ada berita tentang Pak Saleh itu -- bisa melewatkan begitu saja.
Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca
seperti ikut jadi tokohnya.
Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....
Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.
Misal:
Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu .....
Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang operasi pembersihan preman-preman yang selama ini mengacau lingkungan pemukiman itu.
Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran
dalam pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh
penulis yang hendak menulis profil seseorang.
Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....
Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.
Lead Kutipan:
Misal:
Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani .....
Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Pak Saleh yang penuh warna.
Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika
kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise.
Misal:
"Saya lebih baik segera dihukum mati, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Amrozi Walau begitu, tim pembelanya tetap mengajukan grasi... dan seterusnya.
Terkait dengan perihal kutipan ini (dalam lead atau bukan lead) hati-hati dengan kutipan klise.
Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang agak unik.
Lead Pertanyaan:
Misal:
"Saya lebih baik segera dihukum mati, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Amrozi Walau begitu, tim pembelanya tetap mengajukan grasi... dan seterusnya.
Terkait dengan perihal kutipan ini (dalam lead atau bukan lead) hati-hati dengan kutipan klise.
Contoh:
"Pembangunan itu perlu untuk mensejahterakan rakyat dan hasil-hasilnya sudah kita lihat bersama," kata Menteri X di depan masa yang melimpah ruah. Pembaca sulit terpikat padahal bisa jadi yang mau ditulis adalah sebuah feature tentang keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang agak unik.
Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin
tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead
begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah
alinea baru.
Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....
Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.
Lead Menuding:
Misal:
Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik? Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan ....
Pembaca kemudian disuguhi feature soal bagaimana kehidupan pers kampus di sebuah perguruan tinggi.
Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi
langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata "Anda" atau
"Saudara". Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau
pembaca itu tidak terlibat pada persoalan.
Misal:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Apakah Saudara menyetop bus kota tidak pada tempat larangan menaikkan penumpang? Dan, ketika tidak menemukan tong sampah apakah Saudara menyimpan atau mengantongi kulit kacang yang sudah siap Saudara buang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.
Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye disiplin nasional.
Lead Penggoda:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara menggunakan jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Apakah Saudara menyetop bus kota tidak pada tempat larangan menaikkan penumpang? Dan, ketika tidak menemukan tong sampah apakah Saudara menyimpan atau mengantongi kulit kacang yang sudah siap Saudara buang? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.
Pembaca masih penasaran feature ini mau bicara apa. Ternyata yang disoroti adalah kampanye disiplin nasional.
Lead Penggoda:
Lead ini hanya sekadar menggoda
dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak
sadar dijebak ke baris berikutnya. Lead ini juga tidak memberi tahu, cerita apa
yang disuguhkan karena masih teka-teki.
Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.
Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:
Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.
Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.
Misal:
Kampanye menulis surat di masa pemerintahan Presiden Soeharto ternyata berhasil baik dan membekas sampai saat ini. Bukan saja anak-anak sekolah yang gemar menulis surat, tetapi juga para pejabat tinggi di masa itu keranjingan menulis surat.
Nah, sampai di sini pembaca masih sulit menebak, tulisan apa ini? Alinea berikutnya:
Kini, ada surat yang membekas dan menimbulkan masalah bagi rakyat kecil. Yakni, surat sakti Menteri PU kepada Gubernur DKI agar putra Soeharto, Sigit, diajak berkongsi untuk menangani PDAM DKI Jakarta. Ternyata bukannya menyetor uang tetapi mengambil uang setoran PDAM dalam jumlah milyaran.... dan seterusnya.
Pembaca mulai menebak-nebak, ini pasti feature yang bercerita tentang kasus PDAM DKI Jaya. Tetapi, apa isi feature itu, apakah kasus kolusinya, kesulitan air atau tarifnya, masih teka-teki dan itu dijabarkan dalam alinea berikutnya.
Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau
sepotong
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.
Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....
Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.
kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
Misal:
Reformasi total.
Mundur. Sidang Istimewa.
Tegakkan hukum.
Hapus KKN.
Teriakan itu bersahut-sahutan dari sejumlah mahasiswa di halaman
gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat .... dst....
Pembaca digiring ke persoalan bagaimana tuntutan reformasi yang disampaikan mahasiswa.
Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari
beberapa jenis lead tadi.
Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Hukum dan HAM sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki sisiran rambutnya. Ia berusaha tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Eh, sudah nonton film Sam Po Kong belum, nonton ya ...
Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Batang Tubuh
Misal:
"Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Hukum dan HAM sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki sisiran rambutnya. Ia berusaha tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Eh, sudah nonton film Sam Po Kong belum, nonton ya ...
Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Batang Tubuh
Setelah tahu bagaimana lead
yang baik untuk feature, tiba saatnya berkisah menulis batang tubuh. Yang
pertama diperhatikan adalah fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah
kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.
Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.
Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....
Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.
Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.
Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.
Ending
Deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil), mutlak untuk pemanis sebuah feature. Kalau dalam berita, cukup begini: Pak Saleh mendapat penghargaan sebagai tukang parkir teladan. Paling hanya dijelaskan sedikit soal Pak Saleh. Tapi dalam feature, saudara dituntut lebih banyak. Profil lengkap Pak Saleh diperlukan, agar orang bisa membayangkan.
Tapi tak bisa dijejal begini:
Pak Saleh, tukang parkir di depan kampus itu, yang tangan kanannya buntung, umurnya 50 tahun, anaknya 9, rumahnya di Depok, dapat penghargaan. Data harus dipecah-pecah. Alenia pertama cukup ditulis: Pak saleh, 50 tahun, dapat penghargaan. Lalu jelaskan dari siapa penghargaan itu dan apa sebabnya. Pak Saleh yang tangannya buntung itu merasakan cukup haru, ketika Wali Kota....
Di bagian lain disebut: "Saya tidak mengharapkan," kata lelaki dengan 9 anak yang tinggal di Depok ini. Dan seterusnya.Anekdot perlu untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin. Dan kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase.
Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Preman itu tertembak dalam jarak 5 meter lebih 35 centi 6
melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 5 meter. Tapi, gol kemenangan Persebaya dicetak pada menit ke 43, ini penting. Tak bisa disebut sekitar menit ke 45, karena menit 45 sudah setengah main.
Dalam olahraga sepakbola, menit ke 43 beda jauh dengan menit ke 30. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik.Ini sudah menyangkut bahasa jurnalistik, nanti ada pembahasan khusus soal ini.
Ending
Jika batang tubuh sudah selesai, tinggallah membuat penutup
(dalam berita tidak ada penutup). Untuk feature setidak-tidaknya ada empat
jenis penutup.
Penutup Ringkasan:
Penutup Ringkasan:
Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk
mengacu kembali ke intro awal atau lead.
Penutup Penyengat:
Penutup Penyengat:
Membuat pembaca kaget karena
sama sekali tak diduga-duga. Seperti kisah detektif saja. Misalnya, menulis
feature tentang bandit yang berhasil ditangkap setelah melawan. Kisah sudah
panjang dan seru, pujian untuk petugas sudah datang, dan bandit itu pun sudah
menghuni sel. Tapi, ending feature-nya adalah: Esok harinya, bandit itu telah
kabur kembali. Ending ini disimpan sejak tadi.
Penutup Klimak:
Penutup Klimak:
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah
kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Di masa lalu, ada kegemaran menulis
ending yang singkat dengan satu kata saja: Semoga. Sekarang hal seperti ini
menjadi tertawaan. Ini sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.
Penutup tanpa Penyelesaian:
Penutup tanpa Penyelesaian:
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis
agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula
masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti
kapan.
Laporan Mendalam
Berbicara
tentang Peloparan Mendalam sangat erat sekali kaitannya dengan investigasi
reporting artinya ketika kita membicarakan pelaporan mendalam kita harus
berbicara juga mengenai investigasi reporting. Beberapa definisi yang saya kutip
dari beberapa nara sumber tentang pelaporan mendalam (in depth reporting)
Depth Reporting
Depth reporting (pelaporan mendalam)
adalah segala sesuatu yang membuat pembaca tahu mengenai seluruh aspek aspek
yang terjadi pada subjek dari kepastian informasi yang diberikan.
Depth reporting
menekankan sebuah kisah berita dengan ketelitian detail dan latar belakang.
Pembaca tidak hanya diberitahu mengenai apa yang terjadi melainkan mengapa hal
itu terjadi. Kamath menekankan bahwa “depth
reporting ialah mengabarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi
dari kisah yang terjadi”, Sedangkan tujuan depth reporting, menurut Ferguson dan Patten ialah “untuk mendapatkan kelengkapan pengisahan”
Pada satu sisi,
pekerjaan depth reporting merupakan kegiatan yang menyegarkan, melepas liputan
peristiwa-peristiwa yang biasa dikerjakan. Wartawan akan merasa lebih bergairah
oleh materi liputan dan merasa tertantang untuk menelusuri kisah-kisah besar.
Namun pada sisi lain, tidak semua wartwan sanggup untuk terus-menerus berkonsentrasi
dan berada di area liputan yang sama selama beberapa waktu.
Selain memiliki
proses reportase yang alot, depth reporting juga memiliki teknik penulisan yang
rumit. Keluasan data dan keterangan harus dipresentasikan kepada sebuah fokus
utama. Reporter menjadi seorang pengontrol keseluruhan kisah, pengontrol tema
dan detil. Pengisahan harus dapat memindahkan setiap bagian cerita secara logis
dan koheren dari awal sampai akhir.
Diduga telah
terjadi kejahatan diam-diam. Depth reporting bisa diartikan sebagai peliputan
yang mendalam, namun bukan hendak mempresentasikan fakta-fakta didalam
pendekatan pertamanya, melainkan hendak memasuki sebuah penyelidikan yang
orisinal, logis, memasukkan bernbagai tekanan dan kepentingan, membuat pembaca
paham bukan kepada siapa dan apa, namun bagaimana, dan yang terpenting lalu
mengapa. Dari definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa depth
reporting ialah mengabarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi
dari kisah yang terjadi dengan bentuk pelaporan yang mendetail. Namun, bukan
berarti pula, bahwa pelaporan harus selalu menjadi panjang dengan sekian ribu
kata ‘panjang’ tidak ada kaitannya dengan peloparan depth.
Depth reporting
berupaya menyajikan informasi yang begitu mendetail. Maka itu, teknik penulisan
feuature article menjasdi alatnya. Bahkan, investigative reporting juga menjadi
perangkat laporan depth ketika mengejar informasi, sebagai objek liputan, yang
oleh seseorang sengaja disembunyikan
Depth reporting
juga merupakan pengembangan dari berita lama yang masih belum selesai dan
merasa perlu untuk ditindak lanjuti / follow up untuk mendapat info baru dengan
cara mewawancarai berbagai
Pihak yang
terkait dengan berita lama tersebut.
Dalam peliputan
depth sebelum turun kelapangan,seorang waratawan akan membutuhkan suatu
perencanaan dan pengembangan tema, dalam dunia jurnalistik sering disebut
dengan TOR (thema of reference) yang didalamnya ada tema dengan suatu uraian
angle yang diambil dengan kalimat pendek dan jelas termasuk nara sumber di
dalamnya.
Tujuan pelaporan
depth, menurut Ferguson & Patten,
ialah untuk mendapatkan kelengkapan pengisahan (complete stories) – pengisahan
dengan subtansi”. Maka itulah depth reporting sering disebut sebagai peliputan
investigative yang terjadi secara natural. Penyelidikan yang dilakukan bukan
disengaja ditujukan untuk mengungkap, atau membongkar adanya kasus, skandal,
atau kejahatan yang sengaja ditutup-tutupi. Akan tetapi, terjadi dengan
sendirinya. Skandal yang terungkap seakan tanpa sengaja dari upaya untuk menemukan
detil kelengkapan kejadian. Tidak ada tujuan dari awal dan juga tidak ada upaya
membuat semacam hipotesis bahwa disana.
depth reporting
merupakan suatu berita yang menginformasikan suatu informasi lebih dalam,
selain itu depth reporting juga merupakan suatu laporan mendalam
terhadap objek liputan, biasanya yang menyangkut kepentingan publik agar publik
betul-betul memahami objek tersebut. Perlu kita ketahui bersama bahwa sifat depth
reporting lebih pada penjelasan pada publik, dimana laporan mendalam ini
digunakan untuk menulis atau mengangkat suatu peristiwa ( yang penting dan
menarik ) secara lebih lengkap, mendalam. Serta mencari pemaparan jawaban HOW (
bagaimana) dan WHY ( mengapa ) secara lebih rinci dan banyak dimensi atas apa
dan siapa.
Depth reporting
biasanya sering digunakan oleh media cetak untuk mengimbangi kekurangan dari
media elektronik seperti radio dan televisi yang cenderung cepat dalam
penyajiannya
Seperti kasus
skandal korupsi wisma atlet yang awalnya nazarudin sebagai tersangka, kemudian
KPK dan lembaga yang lainnya melakukan investigasi reporting yang akhirnya
terbongkar dengan hasil Angelina sondakh selaku kader Partai Demokrat dan
sebagai anggota DPR RI ikut terlibat dalam kasus korupsi wisma atlet.
Berita yang telah sekilas dijelaskan diatas tersebut bisa
dikatakan sebagai salah satu berita depth reporting, hal ini dikarenakan
berita tersebut menggambarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi
dari kisah yang terjadi, disini terdapat kelengkapan pengisahan serta terdapat
kronologi peristiwa yang detail nyang memberikan gambaran secara jelas tentang
berita tersebut kepada masyarakat.
Dari unsur yang telah dijelaskan dapat di paparkan lagi
bahwa berita depth report memiliki suatu kelebihan diantaranya bahwa
berita ini menelusuri suatu masalah lebih detail daripada berita-berita
lainnya, pemberitaan depth reporting memiliki kelengkapan pengisahan, depth
reporting disini mengangkat fakta-fakta bukan sebagai sesuatu yang segera
tampak, melainkan hendak memberikan kontribusi pada pemahaman terhadap sebuah
kisah, selain itu depth reporting ini melakukan pemberitahuan kepada
pembaca inti kisah yang sesungguhnya secara mendalam (lengkap), seimbang dan
terorganisir dengan latar belakang, yang tidak begitu saja meninggalkan
pertanyaan yang diajukan oleh pembaca, didalam depth reporting ini
hendak memasuki sebuah penyidikan tentang sesuatu yang sudah ada dengan
orisinil, logis dan memasukkan berbagai kepentingan yang membuat pembaca paham
bukan kepada siapa dan apa, melainkan kepada bagaimana dan yang terpenting
ialah mengapa.
Perlu mengetahui lebih jauh lagi meskipun banyak sekali
kelebihan yang muncul dari berita ini, akan tetapi depth reporting
memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan yang ada di berita ini antara
lain dapat disebutkan bahwa berita ini beritanya bersambung, jadi berita
tidak satu kali penerbitan berita selesai, jika pembaca ingin lebih tahu
mengenai seluruh aspek yang terjadi pada subjek yang dibahas maka pembaca
dianjurkan untuk membaca kisah yang dibahas dari awal, serta mengikuti berita
yang selanjutkan, karena berita depth reporting ini merupakan berita
yang bersambung.
Banyak sekali kategori pemberitaan, antara lain seperti hard
news , feature news, Sport New, Social
News, Interpretatif , Science, Consumer, dan finansial. Yang dimaksud
dengan hard news merupakan berita yang isinya menyangkut hal-hal penting
yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar atau pemirsa. Lalu feature
news ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau
imaji-imaji (pencitraan), dimana peristiwanya bisa jadi tidak teramat penting
harus diketahui masyarakat bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi
beberapa waktu yang lalu, misalnya saja yang tergolong feature news tentang berita
orang-orang kelas bawah yang bertahan disudut kota yang kumuh, adapula kategori
Sport News yang mana beritanya merupakan berita olahraga, kemudian Social
News yang menggambarkan kisah-kisah kehidupan sosial yang meliputi
kehidupan masyarakat sehari-hari. Interpretatif disini merupakan berita
yang memberikan kedalaman analisis dan melakukan survei terhadap berbagai hal
yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan. Science yang
merupakan suatu berita dimana wartawan berupaya untuk menjelaskan dalam bahasa
berita mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Consumer berita
yang memberikan bantuan kepada khalayak yang hendak membeli barang, fianancial
news yang merupaka berita yang memfokuskan kepada bidang-bidang bisnis,
komersial dan investasi.
Dari penjelasan beberapa kategori tersebut sangatlah
jelas perbedaan antara berita yang dikategorikan sebagai berita depth
reporting atau bukan sebagai berita depth reporting, berita dapat
dikategorikan sebagai berita depth reporting jika berita tersebut menguak
lebih dalam kepada sesuatu hal yang telah diketahui oleh pembaca atau
masyarakat terlebih dahulu, dan wartawan bermaksud untuk menyajikan lebih detai
bagaimana suatu kejadian tersebut terjadi secara detail dipaparkan, tetapi
disini bukan bermaksud untuk menemukan suatu kasus yang baru, yang sama sekali
belum diketahui oleh masyarakat, depth reporting sangatlah berbeda
dengan investigative reporting.
Apabila menengok investigative reporting serta depth
reporting ini memiliki perbedaan, misalnya saja perbedaan ini dapat dilihat
dari wartawannya, wartawan investigasi bekerja dengan ketidak jelasan materi
liputan, waktu peliputan membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan kesabaran dan
ketekuanan, serta imajinasi pada tiap hari pencarian fakta, wartawan
investigasi seperti mengalami penolakan, penghadang, dan kerap kecaman atau
keadaan benar-benar berbahaya, waktu deadline bukanlah esok atau hari-hari
kemudian, melainkan dapat berlangsung bulanan, sebagai sebuah pelaporan
jurnalistik, investigasi memiliki unsur kemendalaman, berita yang ditulis
wartawan investigasi disusun secara mendalam dan depth reporting menjadi
salah satu cara atau alat bagaimana investigasi diliput dan ditulis. Salah satu
hal yang membedakan antara depth reporting dan investigative
reporting adalah ada atau tidak adanya hipotesis dalam penelusuran
tersebut.
Berbeda sekali dengan depth reporting yang
deadlinenya dapat berhari-hari serta tidak membutuhkan waktu lama dalam
peliputannya, karena berita ini sudah memiliki pelaporan sederhana yang bagus
dalam hal akurasi dan detil pengamatannya, selain itu depth reporting
juga menjelaskan
Jurnalisme Investigasi
Definisi jurnalisme investigatif menurut Steve
Weinberg adalah “Reportase melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi,
yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek yang
diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap
tidak tersingkap.”
Menurut Greence Roberts, reportase investigatif
adalah reportase, terutama melalui hasil kerja dan inisiatif sendiri, yang
artinya penting yang oleh beberapa pribadi atau organisasi ingin dirahasiakan.
Tiga unsur dasarnya adalah bahwa investigasi itu merupakan kerja wartawan, bukan laporan investigas yang dilakukan oleh orang lain, bahwa masalah yang diberitakan melibatkan sesuatu yang sangat penting bagi pembaca atau pemirsa dan bahwa pihak-pihak lain berusaha menutup-nutupi masalah ini dari publik.
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain. Mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena seorag pejabat atau seseorang lain meminta mereka meliput sesuatu.
Tiga unsur dasarnya adalah bahwa investigasi itu merupakan kerja wartawan, bukan laporan investigas yang dilakukan oleh orang lain, bahwa masalah yang diberitakan melibatkan sesuatu yang sangat penting bagi pembaca atau pemirsa dan bahwa pihak-pihak lain berusaha menutup-nutupi masalah ini dari publik.
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain. Mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena seorag pejabat atau seseorang lain meminta mereka meliput sesuatu.
Unsur lainnya yang membedakan wartawan
investigatif adalah adanya kerahasiaan dalam berita yang akan diliput dan
adanya pengelakan terhadap wartawan yang akan meliput. Menurut kebanyakan
wartawan, jika pejabat yang berwenang tidak menyembunyikan informasi, maka
berita yang diliput bukanlah berita hasil investigasi.
Menurut Roberts, jurnalisme investigatif bukanlah
semata-mata untuk menjebak politisi dalam keadaan yang sangat memalukan atau
memfokuskan perhatian pada kebiadaban akan tetapi menggali kebawah permukaan
atau menyingkap penyimpangan yang ditutup-tutupi, sehingga kita dapat membantu
para pembaca memahami apa yang sedang terjadi di dunia yang semakin kompleks.
Memilih Sasaran untuk Investigasi. Sebelum beroperasi, wartawan investigasi harus memilih dulu apa sasaran investigasinya. Beberapa sasaran selalu pantas diselidiki, termasuk korupsi di pemerintahan, kualitas pendidikan, dan lain-lain.
Memilih Sasaran untuk Investigasi. Sebelum beroperasi, wartawan investigasi harus memilih dulu apa sasaran investigasinya. Beberapa sasaran selalu pantas diselidiki, termasuk korupsi di pemerintahan, kualitas pendidikan, dan lain-lain.
Memulai Investigasi. Investigasi dimulai dengan
datangnya panggilan telepon dari seseorang yang memberikan petunjuk tentang
adanya suatu kejanggalan di suatu instansi atau institusi atau di suatu tempat.
Narasumber yang Tidak Bersahabat. Reportase investigatif merupakan kerja jurnalistik yang paling berisko. Pihak-pihak yang menjadi sasaran investigasi seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji terhadap media dan wartawan media yang bersangkutan. Itulah sebabnya, wartawan yang melakukan kerja jurnalisme investigatif harus siap-siap menerima resiko. Inilah tantangan bagi para wartawan yang benar-benar ingin menegakkan integritas profesinya.
Narasumber yang Tidak Bersahabat. Reportase investigatif merupakan kerja jurnalistik yang paling berisko. Pihak-pihak yang menjadi sasaran investigasi seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji terhadap media dan wartawan media yang bersangkutan. Itulah sebabnya, wartawan yang melakukan kerja jurnalisme investigatif harus siap-siap menerima resiko. Inilah tantangan bagi para wartawan yang benar-benar ingin menegakkan integritas profesinya.
Membuat Hipotesis. Hipotesis merupakan teknik
berfikir yang paling penting dalam melakukan investigasi. Fungsi hipotesis yang
penting adalah membantu melihat makna dari suatu objek atau peristiwa.
Misalnya, pikiran yang sudah siap dengan hipotesis-hipotesis tentang evolusi
akan membuat pengamatan-pengamatan berarti yang lebih banyak tentang suatu
ekskursi lapangan daripada pikiran yang tidak siap.
Hipotesis-hipotesis harus digunakan sebagai alat
untuk menyingkap fakta-fakta baru dan bukan sebagai tujuan. Hipotesis
dikemukakan disini karena dua faktor yaitu: Pertama, hipotesis masih merupakan
cara terbaik untuk mencari tahu apa yang terjadi. Kedua, sebuah reportase investigatif
dimulai dan diakhiri dengan suatu anggapan.
Lima Elemen Investigasi, yaitu:
1.Mengungkap kejahatan terhadap kepentingan
publik, atau tindakan yang merugikan orang lain.
2. Skala dari kasus yang diungkap cenderung
terjadi secara luas atau sistematis (ada kaitan atau benang merah).
3. Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul
dan memetakan persoalan dengan gamblang.
4. Mendudukan altor-aktor yang terlibat secara
lugas, didukung bukti-bukti yang kuat.
5. Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang
dilaporkan dan bisa membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.
Tanpa kelima elemen tersebut, sebuah laporan
panjang barangkali hanya bisa disebut sebagai laporan mendalam (in-depth
reporting).
Regular News
Laporan yang menceritakan.
Menceritakan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana (5W+IH)
Sebagai informasi (data) bagi publik
Laporan yang menceritakan.
Menceritakan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana (5W+IH)
Sebagai informasi (data) bagi publik
In-depth
Laporan yang menjelaskan
Lebih menjelaskan bagaiamana dan mengapa (how and why)
Memberi pengetahua dan pemahaman
Laporan yang menjelaskan
Lebih menjelaskan bagaiamana dan mengapa (how and why)
Memberi pengetahua dan pemahaman
Investigative
Laporan yang menunjukkan
Lebih menunjukan apa dan siapa (what and who)
Membeberkan dan meluruskan persoalan dengan bergerak maju ke pertanyaan: bagaimana bisa, sampai sejauh apa, dan siapa saja.
Laporan yang menunjukkan
Lebih menunjukan apa dan siapa (what and who)
Membeberkan dan meluruskan persoalan dengan bergerak maju ke pertanyaan: bagaimana bisa, sampai sejauh apa, dan siapa saja.
Lima modal dasar dalam investigasi:
1. Kemauan, ketekunan, dan keberanian.
2. Jejaring yang luas.
3. Meningkatkan pengetahuan yang memadai.
4. Keterampilan menyusun dan mengemas laporan.
5. Dukungan institusi media.
1. Kemauan, ketekunan, dan keberanian.
2. Jejaring yang luas.
3. Meningkatkan pengetahuan yang memadai.
4. Keterampilan menyusun dan mengemas laporan.
5. Dukungan institusi media.
Tanpa membeda-bedakan jenis medianya (cetak,
radio, televisi), setelah menentukan topik dan menakar bobot isunya (assessment),
maka garis besar perencanaan dalam sebuah proyek investigasi adalah sebagai
berikut:
• Membentuk tim (multi-spesialisasi).
• Melakukan riset, observasi awal, atau survei.
• Menentukann angle (fokus) dan memutuskan hipotesis.
• Merancang strategi eksekusi (teknik. Logistik, dll)
• Menyiapkan skenario pasca-publikasi.
• Membentuk tim (multi-spesialisasi).
• Melakukan riset, observasi awal, atau survei.
• Menentukann angle (fokus) dan memutuskan hipotesis.
• Merancang strategi eksekusi (teknik. Logistik, dll)
• Menyiapkan skenario pasca-publikasi.
Tiga Elemen dalam Pelaksanaan atau Eksekusi
Investigasi:
1. Tahap: mencari bukti dan mencari kesaksian.
2. Metode: menelusuri dokumen, menelusuri orang.
3. Teknik: undercover, observation, surveillance, embedded, atau immerse.
1. Tahap: mencari bukti dan mencari kesaksian.
2. Metode: menelusuri dokumen, menelusuri orang.
3. Teknik: undercover, observation, surveillance, embedded, atau immerse.
Lima Unsur dalam Strategi Investigasi:
1. Tahapan yang jelas.
2. Metode yang digunakan.
3. Teknik yang dipakai.
4. Pemilihan sumber daya manusia.
5. Logistic (keuangan, alat, dll).
1. Tahapan yang jelas.
2. Metode yang digunakan.
3. Teknik yang dipakai.
4. Pemilihan sumber daya manusia.
5. Logistic (keuangan, alat, dll).
Unsur-unsur awal yang mempengaruhi minat penonton
televisi/pendengar radio:
1. Gambar atau suara yang menarik perhatian.
2. Relevansi berita dengan kehidupan mereka sehari-hari.
3. Pengantar cerita yang memikat.
4. Otoritas presenter atau announcer yang mengantarkan cerita.
1. Gambar atau suara yang menarik perhatian.
2. Relevansi berita dengan kehidupan mereka sehari-hari.
3. Pengantar cerita yang memikat.
4. Otoritas presenter atau announcer yang mengantarkan cerita.
Menyusun sebuah laporan investigasi adalah
mengajak publik berjalan melalui rute yang sama dengan yang pernah kita lewati
hingga kita memahami sebuah persoalan.