Minggu, 09 Maret 2014

teknik wawancara


Wawancara Jurnalistik

Wawancara jurnalistik adalah wawancara yang dilakukan wartawan dengan sumber berita untuk mendapatkan informasi yang menarik dan penting bagi khalayak. Wawancara jurnalistik bukan untuk kepentingan wartawan maupun kepentingan sumber berita, tapi  untuk kepentingan khalayak. Maka pemilihan topik wawancara maupun penentuan sumber yang akan diwawancarai harus berdasarkan pertimbangan untuk kepentingan khalayak.
Wawancara jurnalistik biasanya harus membuat daftar pertanyaan-pertanyaan sebelum menanyakan sesuatu kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang menarik bagi khalayak banyak atau sang pembaca berita tersebut.
Ragam wawancara jurnalistik sebagai berikut:
  1. Wawancara dengan perjanjian, biasanya dilakukan dengan sumber sudah dikenal luas (wellknow subject). Kelebihannya,  informasi yang didapat sangat ekslusif,  tidak diketahui oleh wartawan lain. Namun wawancara seperti ini perlu persiapan matang agar mendapat hasil maksimal.
  2. Konferensi Pers, yaitu beberapa wartawan memenuhi undangan seseorang atau lembaga untuk mendengar penjelasan, lalu diberi kesempatan mengajukan pertanyaan. Biasanya waktu wawancara sangat singkat  sehingga pertanyaan sangat terbatas. Juga informasinya bersifat terbuka, semua wartawan memperoleh informasi yang sama.
  3. Wawancara on the spot, yaitu wawancara  di tempat kejadian, misalnya kecelakaan  atau bencana.  Kelemahannnya,  pertanyaan diajukan secara spontan kepada orang yang tidak dikenal. Wawancara dilakukan dalam situasi psikologis yang sangat tidak kondusif bagi sumber yang diwawancara, misalnya masih sangat emosional akibat bencana tersebut.
  4. Wawancara  cegat pintu (door stop), yaitu wawancara dengan cara mencegat tokoh di tempat acara.  Keuntungannya, bisa mendapatkan jawaban spontan karena sumber tanpa persiapan sebelumnya. Kelemahannya, wawancara kadang berlangsung di tempat ramai dalam suasana terburu-buru.
  5. Wawancara telepon, yaitu wawancara jarak jauh memanfaatkan media telepon. Kelebihan wawancara ini, bisa dilakukan kapan saja dengan biaya murah. Istilahnya, “kita bisa masuk ke dapur orang tanpa harus mengetuk pintu”. Kelemahannya, tidak semua sumber bersedia diwawancarai dengan cara ini. Juga tidak bisa melihat nuansa (roman muka dan gerak-gerik) orang yang diwawancarai.
  6. Wawancara on line, yaitu memanfaatkan media internet untuk menghubungi sumber. Persoalannya di Indonesia,  masih sedikit yang sudah akrab dengan teknologi ini, sehingga jarang ada yang bersedia melakukan wawancara seperti ini.
  7. Wawancara tertulis, yaitu mengajukan pertanyaan tertulis agar sumber menjawab secara tertulis. Kelebihannya, wartawan bisa menyusun pertanyaan secara lengkap dan  sumber bisa menjawab dengan menyertai data. Kelemahannya, belum tentu si sumber  mau dan memiliki cukup waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Kalaupun kita memperoleh jawabannya, belum tentu berasal dari sumber yang dimaksud.
Wawancara biasa

            Wawancara biasa adalah wawancara yang di lakukan oleh wartawan kepada narasumber yang beersidat santai tetapi wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi untuk khalayak banyak mauypun untuk pribadi. Wawancara biasa bukan berdasarkan topik bahkan berdasarkan tema yang telah di tentukan oleh pewawancra ini
            Wawancara biasa ini tidak perlu melakukan daftar pertanyaan-pertanyaan untuk menwawancari narasumber tetapi telah di tentukan dari apa yang telah di pikirkan sebelum di tanyakan.