Ketika Pekerja
Seks Bersuara Di Media Sosial
Perkembangan media sosial yang begitu pesat menjadi wandah
tanpa batas bagi siapa pun beratnya menjadi pertemuan orang dari belahanan mana
pun, seperti terminal dan begitu bebas ini juga yang kemudian mengubah gaya
komunikasi masyarakat.
Kata-kata yang muncul pada biodata akun jejaring sosial
seorang PSK tu hanyalah sekelumit dari pernyataan sikap ratusan perempuan
berprofesi serupa yang memunculkan tanda pagar #facesofprostitution di jagat
Twitter
Tagar itu diciptakan Tilly Lawless, seorang PSK
berusia 21 tahun, pada akun Instagram miliknya, 29 Maret lalu. Penyandang gelar
sarjana bidang sejarah itu merespons artikel majalah perempuan Australia, Mamamia,
yang khusus membahas nasib PSK guna memperingati 25 tahun dirilisnya film Pretty
Woman.
Tilly Lawless mengaku marah dengan isi artikel tersebut
yang ‘menyamaratakan semua PSK’ dan ‘membayangkan profesi PSK sebagai sesuatu
yang membahayakan’.
Didorong
oleh kemarahannya, Tilly memutuskan untuk menampilkan foto dirinya pada
jejaring Instagram untuk menunjukkan wajah lain prostitusi. Tilly mengaku telah
bekerja sebagai PSK di Sydney secara legal sejak dua bulan lalu.
Beberapa saat kemudian, Tilly
dihubungi Scarlett Alliance, Asosiasi Pekerja Seks Australia. Lembaga itu
meminta Tilly memunculkan tagar khusus di Twitter.
Menyebar Luas
Dalam tempo singkat, #facesofprostitution menyebar
luas dan dipakai sebagai pernyataan sikap para PSK di Australia. Mereka
mengunggah foto wajah mereka secara terang-terangan di Twitter, bahkan ada yang
untuk pertama kali mengaku berprofesi sebagai PSK.
“Saya
benar-benar kaget dan gembira,” ujar Tilly kepada BBC. Sebab, menurutnya, “PSK
amat jarang diperlakukan sebagai manusia dan kerap kali hanya tubuh kami yang
dibicarakan. Namun, menaruh wajah kami di media sosial pengaruhnya sungguh
kuat.”
Senada
dengan Tilly, Holly, yang juga berprofesi sebagai PSK, mengaku amat keberatan
dengan foto yang sering dipakai untuk menggambarkan nasib PSK, yakni foto-foto
perempuan asal Eropa Timur korban perdagangan manusia. “Itu bukan wajah kami,
bukan pengalaman hidup kami,” kata Holly kepada BBC. “Artikel itu menggunakan
argumentasi perdagangan manusia untuk membungkam suara kami dan pada saat
bersamaan membungkam suara-suara para korban perdagangan,” timpal Madison
Messina, seorang PSk di Australia.
Menghapus Perbudakan Seks
Tulisan yang membandingkan nasib para PSK dengan tokoh PSK dalam film Pretty
Woman, pertama kali muncul pada situs organisasi Kristen bernama Exodus
Cry. Pada situs daringnya, organisasi itu menyatakan berkomitmen menghapuskan
perbudakan seks.
Adapun penulis tulisan tersebut ialah Laila
Mickelwait. Dia menyatakan film Pretty Woman telah membujuk
perempuan-perempuan muda ke dunia pelacuran yang membuat mereka mengalami
pelecehan dan trauma.
Meski
dihadapkan pada argumentasi Tilly Lawless dan tagar #facesofprostitution,
Mickelwait mengatakan kepada BBC bahwa dia tetap dengan pendiriannya. Bahkan
menurutnya, legalisasi prostitusi justru menciptakan perdagangan manusia
bertumbuh subur.
“Hanya karena ada segelintir perempuan dan pria yang
mengunggah foto di Twitter dan mengatakan profesi mereka memberi kekuatan,
tidak berarti industri seks benar. Mereka punya suara, tapi suara mereka ialah
suara minoritas yang punya keistimewaan beredar di Twitter dan bisa mengunggah
segala macam foto,” kata Mickelwait.
Dengan tertangkapnya beberapa nama prostitusi seks maka
terbongkarlah sebagian kecil dari tabir misteri prostitusi dikalangan artis dan
semakin menjelaskan bahwa gosip-gosip yang selama ini disanggah ternyata memang
benar apa adanya, prostitusi mungkin sudah sejak lama masuk kedalam dunia
hiburan tanah air. Kini tinggal bagaimana pihak Kepolisian mengembangkan kasus
prostitusi “papan atas” ini mengingat pekerja seks dengan besaran angka 200
merupakan nama yang sangat banyak dimana perlu dijelaskan kepada masyarakat
siapa-siapa saja mereka. Kiranya jangan sampai dari 200 nama ini justru menguap
entah kemana sehingga semakin menambah kekhawatiran masyarakat terhadap
maraknya prostitusi.
Praktek prostitusi “papan atas” ini pun Penulis kira
juga bisa digunakan oleh institusi lainnya dengan memanfaatkan celah informasi
bisnis haram ini, mengingat besaran tarif yang luar biasa banyaknya
memungkinkan bukan sembarangan orang yang menggunakan jasa para pekerja seks
tersebut. Selayaknya kalimat berkata “uang panas larinya ke hal-hal yang panas
pula” maka kiranya perlu ditelusuri lebih dalam siapa-siapa saja mereka dimana
bisa saja uang yang digunakan tersebut merupakan hasil korupsi maupun bisnis
narkoba atau lainnya. Kita tunggu saja informasi terbaru dari penelusuran
prostitusi “papan atas” ini bagaimananya.
Bolavita Agen Judi Online Terlengkap Dan Terbesar Di Indonesia
BalasHapusAyo Pilih Dan Mainkan Games Favoritmu
Banyak Promo Dan Bonus Setiap Hari
Daftar Sekarang Juga
Mari Kunjungin Segera Website kami :
www(titik)bolavita(titik)vip
www(titik)sateayam(titik)club
www(titik)pokervita(titik)live
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
Live Chat Online 24 JAM NONSTOP !!!
WA : +628122222995
Pin BBM : BOLAVITA / D8C363CA (NEW)
Didorong oleh kemarahannya, Tilly memutuskan untuk menampilkan foto dirinya pada jejaring Instagram untuk menunjukkan wajah lain prostitusi
BalasHapusLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia